Target Pertumbuhan Ekonomi 2019 Meleset, Istana Sebut Jokowi Tak Ingkar Janji

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 sebesar 5,02 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Feb 2020, 15:00 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersiap melantik Yudian Wahyudi sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Muhammad Yusuf Ateh sebagai Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/2/2020). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia belum pernah mencapai target sepanjang 5 tahun terakhir. Bahkan, pada tahun 2019 meleset dari yang dipatok APBN 2019 sebesar 5,3. alam, data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Hal ini, membuat publik mempertanyakan janji Presiden Jokowi.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral Addian membantah hal tersebut, saat di konfirmasi Merdeka.com, di ruang pertemuan Hotel Ibis, Jakarta, Sabtu (8/2).

"Ya jadi gini, karena janji itu adalah sesuatu yang merupakan hal harus ditepati, misalkan kita janji mengembalikan uang tapi tidak ditepati, itu melanggar janji. Tapi kalau menetapkan target kan bisa saja mundur atau maju, jadi target itu adalah perkiraan berdasarkan asumsi-asumsi," paparnya.

Ia menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 sebesar 5,02 persen, sesuai dengan rilis Badan Pusat Statistik (BPS). Di anggap cukup memuaskan. Sebab, mendekati target yang dipatok dalam APBN 2019.

"Persoalaanya adalah antara capaian dan target itu besar atau tidak, kalau capaianya 5,02 persen. Itu masih lumayan lah, kita masih mendekati target. Sekali lagi target itu bukan janji," cetusnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Alasan Tak Capai Target

Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Donny mengungkapkan faktor global menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Perang dagang antara  Amerika dan Tiongkok, sehingga menimbulkan perlambatan ekonomi. Sekarang, ada Corona virus, akan berdampak terhadap ekonomi Indonesia, karena Tiongkok pasar besar bagi kita," ungkapnya.

Ia meminta masyarakat untuk melihat secara komprehensif, tidak hanya menyoroti permasalahan terkait rendahnya angka pertumbuhan ekonomi.

"Meskipun dibawah target, tapi indikator lain angka kemiskinan turun, pengangguran sekarnag hanya sekitar 7 juta, Indeks korupsi kita membaik. Itu masih okelah dalam situasi yang tidak serba pasti" tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya