Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda merasa kesal ketika menyapu lantai, ada banyak rambut rontok? Lalu Anda khawatir rambut rontok merupakan tanda gejala masalah kesehatan.
Dalam buku tentang rambut rontok yang diedit oleh Dr. Lindsey Bordone, seorang asisten profesor dermatologi di Columbia, mencatat intensitas stres termasuk operasi, kehilangan berat badan, melahirkan, dan pengalaman emosi lainnya dapat memaksa rambut Anda mencapai fase telogen (fase dimana folikel rambut mengalami masa istirahat hingga terdorong keluar oleh folikel rambut yang baru) atau kerontokan.
Advertisement
Karena fase telogen bertahan hingga 3 bulan lamanya, kebanyakan rambut Anda akan mulai terlepas setelah Anda melepas pemicu stres.
Faktor penyebab rambut rontok lainnya yaitu tiroid yang terlalu aktif atau terlalu tidak aktif. Jika penyebabnya ini, rambut juga akan tumbuh kembali setelah kelainan hormonal diperbaiki.
Faktor lainnya yaitu penyakit radang kronis, penyakit autoimun, atau infeksi kronis.
Kekurangan nutrisi juga menyebabkan rambut rontok. Nutrisi yang dimaksud yaitu zat besi, zinc, protein, asam lemak, dan vitamin D, termasuk mengikuti diet ekstrim.
Apapun penyebab yang Anda perkirakan, Dr. Bordone menganjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mengetahui penyebab spesifik rambut Anda rontok.
Terutama jika rambut rontok dalam fase anagen (fase pertumbuhan, berlangsung selama 2-7 tahun) artinya ada yang tidak beres, dimana biasanya akibat paparan bahan kimia, misalnya obat anti-kanker. Rambut juga bisa rontok permanen jika terpapar radiasi dan keracunan logam berat.
Ada juga obat-obatan yang merontokkan rambut, seperti obat kemoterapi, dan beberapa obat, seperti warfarin, steroid, pil KB, litium, amphetamin, dan suplemen vitamin A. Dimana rambut dapat kembali tumbuh setelah pengobatan dihentikan.
Rambut rontok akibat faktor usia tidak berhubungan dengan penyakit-penyakit yang telah disebutkan, maupun kekurangan nutrisi atau stres. Kondisi ini disebut androgenetic alopecia, dimana terjadi kebotakan permanen pada pria maupun wanita.
Para dokter Columbia melaporkan, kebanyakan kondisi ini terjadi pada pria berkulit putih dan berusia di atas 50 tahun. Wanita berkulit putih cenderung mampu mempertahankan rambut panjangnya, meskipun dua dari tiga mengalami kerontokan rambut yang ditandai dengan menipisnya rambut di atas usia 70 tahun.
Ada juga alopecia areata, kondisi dimana sistem imun sendiri menyerang folikel rambut. Hasilnya biasanya kulit kepala yang mulus, botak seukuran koin di kepala. Kebotakan bisa terjadi di seluruh area tubuh yang ditumbuhi rambut. Para dokter mengatakan rambut kembali tumbuh setelah setahun pada sebagian pasien, meskipun kerontokan dapat beberapa kali terulang.
Tips mencegah rambut rontok
Adapun tips mengatasi rambut rontok adalah sebagai berikut dilansir dari Nytimes:
1. Istirahat
Jika rambut rontok akibat stres, rambut baru akan segera tumbuh lagi (meskipun membutuhkan waktu lama). Pertumbuhan rambut belum terlihat sebelum empat hingga enam bulan. Para dokter masih belum menemukan cara mempercepat proses pertumbuhan rambut, jadi jangan keluarkan uang Anda untuk suplemen atau perawatan rambut lainnya.
2. Hentikan pengobatan
Jiak Anda tidak ada indikasi harus mengonsumsi obat rutin, sebaiknya segera hentikan pengobatan sebelum Anda kehilangan lebih banyak helai rambut.
3. Lepaskan ikatan rambut
Jika Anda tipe yang suka model rambut terikat, para dokter Columbia menyarankan agar segera melepas ikatan rambut. Biarkan rambut tergerai tanpa ada tekanan apapun di kepala.
Advertisement