Menelisik Penyebab Puluhan Ton Ikan Mati di Danau Maninjau

Kerugian ditaksir mencapai Rp1,64 miliar dengan estimasi harga ikan Rp26 ribu per kilogram

oleh Novia Harlina diperbarui 08 Feb 2020, 22:00 WIB
63 ton ikan di danau maninjau mati akibat angin kencang melanda daerah itu. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Agam - Puluhan ton ikan di Danau Maninjau, Kabupaten Agam Sumatera Barat kembali mati massal. Setidaknya 63 ton ikan jenis Nila mengapung di permukaan danau vulkanik itu.

"Angin kencang melanda Kabupaten Agam sejak Rabu 5 Februari 2020, sehingga ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) milik pembudidaya mati massal," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto kepada Liputan6.com, Jumat (7/2/2020).

Ikan tersebut berasal dari puluhan KJA milik 11 pembudidaya, dan saat ini ribuan bangkai ikan mati itu mengapung ke permukaan danau dengan kondisi sudah memutih.

Kendati sudah diingatkan agar tidak membuang ikan yang mati di KJA ke danau, kata Ermanto mereka masih membuang bangkai itu ke dalam danau.

"Kami sudah mengimbau petani agar tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau, namun tidak diindahkan," jelasnya.

Saat ini dinas perikanan sedang mencari lokasi penguburan bangkai ikan agar air danau dan tidak tercemar akibat jutaan bangkai ikan itu.

Kematian ikan ini disebabkan oleh angin kencang yang melanda sehingga terjadi kurangnya oksigen di dasar perairan danau vulkanik itu, karena naiknya sedimen di dasar.

"Oleh sebab itu, ikan mengalami pusing dan keluar ke permukaan danau untuk mencari oksigen," sebut dia.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Langkah Pemprov Sumbar Usai Ikan Mati Massal

Kondisi ikan mas yang ditemukan mati mengapung di atas permukaan Sungai Eufrat dekat kota Sadat al Hindiya di Irak, Jumat (2/11). Belum diketahui penyebab ribuan ekor ikan mas yang diternak tersebut mati secara massal. (Haidar HAMDANI/AFP)

Kematian ikan tersebut menyisakan kerugian bagi pembudidaya. Kerugian ditaksir mencapai Rp1,64 miliar dengan estimasi harga ikan Rp26 ribu per kilogram.

Ermanto menyebut ikan siap panen itu tidak bisa dijual petani setelah ikan sudah berwarna putih dan telah mengeluarkan bau tidak sedap.

Persoalan tercemarnya Danau Maninjau sudah mendapat sorotan dari sejumlah pihak, termasuk Pemerintah Pusat. Kemudian Pemerintah Provinsi Sumbat menargetkan danau tersebut bisa bersih dari KJA pada 2020 ini.

Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit menyebut sementara proses pembersihan tersebut, Pemerintah Kabupaten Agam mencarikan alternatif mata pencaharian yang lain bagi pemilik karamba perorangan.

Data 2019 jumlah KJA yang ada di Danau Maninjau diperkirakan berjumlah 17 ribu. Sedangkan daya tampung hanya 6.000 karamba.

Akibatnya, kata wakil gubernur, sisa makanan ikan yang turun ke dasar danau menumpuk dan menjadi penyebab pencemaran air danau yang bewarna kehijauan dan berbau.

Bahkan, pada saat cuaca buruk kondisi air bisa berubah dengan cepat hingga mengakibatkan kematian massal bagi ikan budidaya masyarakat di karamba.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya