Inovasi Pangan dan Properti Lewat Teknologi Nano

Dua remaja Indonesia menciptakan inovasi baru di bidang pangan dan properti menggunakan teknologi nano

oleh Asnida Riani diperbarui 10 Feb 2020, 12:02 WIB
Talkshow penemuan baru dalam teknologi nano di Pacific Place, Sabtu (08/02/2020). (dok. Liputan6.com/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Dua siswi Jakarta Intercultural School, Alicia Chan (15 tahun) dan Aileen Bachtiar (16 tahun) melakukan penelitian tentang teknologi nano dan berhasil membuat inovasi yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, yaitu berhubungan dengan pangan dan properti.

Teknologi nano merupakan teknologi yang menggunakan skala sepermilyar dengan sifat material pada ukuran nano atau atom. Partikel nano sendiri bisa diaplikasikan dalam segala bidang, seperti kesehatan dan elektronik.

Penelitian teknologi nano tersebut dilakukan saat keduanya mengikuti sekolah musim panas di Colombia University dan University of Pennsylvania, Amerika Serikat. Diketahui mereka menghabiskan 21 hari di Juli 2019 untuk menghasilkan produknya saat ini. 

Aileen menerapkan teknologi nano yang ia teliti untuk membantu makanan bertahan dalam waktu lama, yaitu Nanopartikel Perak yang bisa digunakan untuk pembuatan minuman anggur. 

"Saya banyak melakukan riset dan akhirnya memulai penelitian fementasi anggur. Sulfit yang saat ini banyak digunakan untuk pengawet anggur memiliki efek yang berbahaya dalam jangka panjang bagi kesehatan, seperti hipotensi dan bronkospasme,"ujar Aileen. 

Sejak lama, Aileen sudah tertarik dengan bidang makanan dan minuman. Pemilihan Nanopartikel Perak sendiri bukan tanpa alasan, sebab di dalam partikel tersebut terdapat zat antibakterial, tidak berbahaya untuk lingkungan, dan diketahui aman untuk digunakan pada industri makanan. 

Tidak hanya bermanfaat untuk bidang makanan, Nanopartikel Perak pun bisa untuk kemasan makanan dan mambantu penyerapan obat oleh tubuh manusia menjadi lebih maksimal. 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Ciptakan Benda Anti Bocor

Alicia Chan saat mempresentasikan penemuannya. (dok. Liputan6.com/Tri Ayu Lutfiani)

Berbanding terbalik dengan rekannya yang melakukan penelitian di bidang makanan, Alicia Chan lebih tertarik pada properti. Ia menciptakan sebuah benda yang memiliki permukaan anti-air. 

Selama di Colombia University, ada satu penelitian yang menarik perhatiannya, yaitu Superhydrophobicity. Melalui penelitian tersebu,  ia menghasilkan cairan spray Superhydrophobicity. 

Saat cairan spray disemprotkan ke sebuah benda, benda tersebut akan memiliki tekstur nano seperti daun lotus, yaitu tanaman berbentuk bulat dan berwarna hijau yang biasa hidup di rawa-rawa. 

Nama teknik anti-air yang ditemukan oleh Alicia disebut Biomimicry, di mana karakteristik organisme lotus ditiru untuk membantu kehidupan sehari-hari. 

"Tujuan saya bereksperimen dengan konsep ini adalah saya dapat membantu masyarakat kurang mampu yang atap rumahnya bocor. Selain praktis dan efektif, teknologi ini bisa bertahan sangat lama,"ujar Alicia. (Tri Ayu Lutfiani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya