Meraup Untung Jutaan Rupiah dari Hobi Koleksi Barang Antik

Hobi mengoleksi barang antik dan kuno sudah menjadi salah satu hal yang banyak dilakukan orang saat ini.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 09 Feb 2020, 21:00 WIB
Salah satu sudut rumah Jopita Meilana disulap menjadi ruangan berisi koleksi barang antik. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Hobi mengoleksi barang antik dan kuno sudah menjadi salah satu hal yang banyak dilakukan orang saat ini. Hobi tersebut bahkan tidak jarang bisa mendatangkan rupiah.

Seperti yang dirasakan Jopita Meilana, seorang pegawai swasta di sebuah perusahaan media massa di Kota Bandung. Di sela-sela profesinya sebagai jurnalis televisi itu, dia memupuk hobi berburu barang antik yang ditekuni sejak usia 15 tahun.

"Saya mulai tertarik dengan barang antik itu sejak SMP. Rasanya senang saja melihat barang-barang jadul gitu," kata Jopita, Minggu (9/2/2020).

Setelah koleksi barang antik banyak didapatkan, barulah Jopita menjadikan sebagian rumahnya di Jalan Babakan Ciparay Gang Misbah, untuk menjajakan barang-barang yang dia temui.

Ruang tamu rumah milik pria 40 tahun ini disulap menjadi ruangan khusus barang-barang jadul seperti televisi, radio, lampu, foto, meja, kursi, hingga perabotan yang semuanya merupakan barang-barang lawas.

Jopita bercerita bahwa sekarang ini banyak orang tertarik dengan barang antik. Tidak hanya mereka yang sudah beruban, anak muda pun tidak sedikit yang tertarik pada barang jadul.

"Kalau sekarang ini minat orang pada barang antik itu bisa dibilang meningkat. Bahkan yang dulu enggak ngerti barang antik juga jadi ikut berminat," ucapnya.

Ragam barang antik yang dijajakan oleh Jopita berusia mulai dari puluhan tahun hingga ratusan tahun. Jopita mengaku koleksi jam tangan antik berlapis emas pernah dijual dengan harga Rp2 juta.

"Padahal saya beli Rp150 ribu dapat delapan jenis. Ternyata di salah satu toko jam waktu itu menawarkan satu unit saja Rp2 juta karena terdapat emas," ujarnya.

Jopita mengatakan, saat memulai hobinya dia tidak mengeluarkan modal yang besar. Dia hanya mengeluarkan kocek ratusan ribu rupiah dan maksimal Rp1-2 juta untuk membeli barang-barang antik dari berbagai tempat. Kemudian dia menggunakan rumahnya sebagai ruang pamer.

"Awalnya, saya suka punya barang antik jadi penghias di rumah. Ternyata saat ada yang datang tertarik dan suka beli," ucapnya.

Simak Video Pilihan di Bawah ini:


Bisa Barter

Salah satu koleksi jam tangan yang pernah dikoleksi Jopita. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Menurut Jopita, hobi mengumpulkan barang antik terdapat dua nilai kepuasan. Pertama, karena faktor barang langka. Di sisi lain, barang antik lebih mengasyikkan karena kualitasnya jauh lebih baik dibanding masa kini.

"Saya pernah mempunyai setrika berbahan Kuningan dengan logo ayam jago itu. Ternyata ada orang Malaysia yang meminati. Terus ada juga yang suka dengan mebel langka seperti lemari Van Der Pol yang berbahan jati karena katanya lebih awet," tuturnya.

Jopita juga mengakui tidak semua barang antik identik dengan penjualan. Kepada pemilik barang antik lainnya dia tak jarang saling bertukar.

"Karena saya suka radio jadul, biasanya saya mau barter dengan barang yang lain," ucapnya.

Namun tidak jarang ia menemukan pembeli yang ngotot membeli barang karena punya nilai histrois. Karena saat membeli barang tersebut, pembeli mengaku punya kenangan khusus pada barang tersebut.

"Yang bikin mahal itu biasanya karena barangnya masih orisinil apalagi masih berfungsi. Lalu ada nilai sejarahnya. Misal surat berharga atau dokumen lama," ucapnya.

Jopita baru dua tahun menjalani penjualan barang klasik. Walau seringnya tak menentu, dia mencatat omzet hingga Rp30 juta per minggu.

Adapun untuk penjualan barang antik, Jopita menggunakan berbagai portal daring. Dengan adanya media sosial, dia mengaku jadi lebih mudah mempromosikan barang-barang antik yang dijual.

"Tinggal memikirkan bagaimana pengiriman barang ke pembeli bisa tiba dengan selamat dan tak rusak," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya