Menko Muhadjir Harap Stunting Capai Angka Sangat Rendah

Menko PMK Muhadjir Effendy berharap angka stunting mencapai serendah mungkin.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 11 Feb 2020, 06:00 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy dalam seminar gizi bertajuk 'Pemetaan Masalah dan Solusi Penanganan Stunting Guna Menyiapkan Generasi SDM Unggul Menuju Indonesia Emas' di RSUD Ulin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2020). (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)

Liputan6.com, Banjarmasin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengharapkan, stunting bisa mencapai angka sangat rendah. Bahkan kurang dari 14 persen.

"Kalau bisa Indonesia mencapai angka stunting yang sangat rendah (di bawah 14 persen). Tentunya, kalau kita ingin menyiapkan bonus demografi berkualitas," terang Muhadjir dalam seminar gizi bertajuk 'Pemetaan Masalah dan Solusi Penanganan Stunting Guna Menyiapkan Generasi SDM Unggul Menuju Indonesia Emas' di RSUD Ulin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kemarin (8/2/2020).

"Sampai balita usia dini ini juga menjadi tanggung jawab kita mencegah mereka dari stunting. Apabila lolos dari stunting ya sudah lumayan. Barulah setelah itu kita antar dengan memajukan pendidikan."

Indonesia, lanjut Muhadjir Effendy, memiliki permasalahan yang besar pada usia angkatan kerja. Ini dipengaruhi karena permasalahan stunting.

"Hampir separuhnya dari jumlah usia angkatan kerja di Indonesia pernah mengalami stunting," lanjutnya dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

Kurun waktu lima tahun terakhir, permasalahan stunting di Indonesia mengalami kemajuan yang positif. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia, menunjukan prevalensi stunting pada 2019 sebesar 27,67 persen.

Dalam hal ini, ada penurunan stunting dari tahun 2019, sebelumnya Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Kementerian Kesehatan mencatat, angka stunting pada tahun 2018 sebesar 30,8 persen.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Mantan Penderita Stunting

Menko PMK Muhadjir Effendy dalam seminar gizi bertajuk 'Pemetaan Masalah dan Solusi Penanganan Stunting Guna Menyiapkan Generasi SDM Unggul Menuju Indonesia Emas' di RSUD Ulin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2020). (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)

Masalah stunting pada anak tatkala di masa depan apabila ia sudah memasuki usia kerja, yang mana akan menghasilkan angkatan kerja yang tidak kompetitif.

"Usia kerja kita itu (ada saja) mantan penderita stunting 54 persen. Kalau sekarang ini jumlah usia kerja 196 juta. Kira-kira ada sekitar 100 juta mantan stunting," Muhadjir menerangkan.

Menurut Muhadjir, bila permasalahan stunting tidak diselesaikan tuntas, maka akan terus ada angkatan kerja Indonesia yang mantan stunting. Apalagi pada tahun 2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi.

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang ditandai dengan kegagalan seorang anak untuk tumbuh dan berkembang optimal. Hal tersebut sebagai dampak dari kekurangan gizi secara kumulatif.

"Sehingga dampaknya, anak terlalu pendek untuk usianya diikuti dengan penurunan kemampuan kognitif. Ada risiko tinggi di masa depan mengalami berbagai komplikasi penyakit," lanjut Muhadjir.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya