Status Virus Corona Oranye, Pasar Swalayan Singapura Larang Mie Instan Diborong

Pasar swalayan di Singapura berusaha mencegah pemborongan komoditas. Kasus serupa telah terjadi di Hong Kong.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Feb 2020, 08:04 WIB
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Singapura - Pasar swalayan Singapura mulai mengantisipasi pembeli yang ingin menimbun persediaan makanan. Akibatnya, pembelian sejumlah komoditas dibatasi.

Di tengah naiknya status Virus Corona menjadi oranye, marak pembeli yang memborong persediaan makanan karena panik (panic buyer) dan penimbun terpantau meningkat.

Dilansir Channel News Asia, Minggu (9/2/2020), pasar swalayan FairPrice membatasi pembelian mie instan sejumlah empat bungkus per pelanggan. Aturan ini telah berlaku di seluruh toko NTUC FairPrice di Singapura.

NTUC FairPrice adalah toko ritel terbesar di Singapura dengan 230 toko termasuk dalam bentuk supermarket dan minimarket. Perseroan bertujuan agar tak ada pelanggan yang menimbun.

"Kami meminta pelanggan untuk membeli apa yang mereka butuhkan dan tidak menimbun," tulis pengumuman FairPrice tanpa menyebut Virus Corona.

FairPrice mengakui ada kenaikan permintaan barang, meski demikian jumlah persediaan disebut masih memadai.

Selain mie instan, komoditas beras juga dibatasi menjadi dua karung untuk tiap pembeli. Sementara, pembelian sayur-mayur dibatasi 50 dolar Singapura.

Di luar pangan, produk-produk seperti tisue toilet dan tisue wajah dibatasi menjadi empat pak bagi tiap pelanggan FairPrice.

Aksi penimbunan barang mulai terjadi di China dan Hong Kong telah terjadi akibat Virus Corona. Pekan lalu saja, komoditas beras dan mie instan di pasar swalayan Hong Kong ludes diburu pembeli. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Warga Hong Kong Borong Beras dan Mie Instan

Warga mengantre untuk mendapatkan masker wajah gratis di luar sebuah toko di Tsuen Wan, Hong Kong, Selasa (28/1/2020). Hong Kong terkonfirmasi memiliki delapan kasus infeksi virus corona. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Pekan lalu, efek ekonomi akibat Virus Corona mulai terasa ke berbagai negara. Terkini, warga Hong Kong dilaporkan mulai menyerbu pasar maupun supermarket untuk menyetok berbagai keperluan.

Pada akhir pekan lalu, ratusan orang mengantre demi membeli masker dan vitamin, dan makanan seperti daging, makanan laut, beras, dan mie instan teryata ikut diborong, demikian laporan Channel News Asia

Konsumen khawatir wacana penutupan perbatasan Hong Kong dan China akan memberi dampak pada persediaan produk. Hingga kini, pemimpin Hong Kong Carrie Lam belum bersedia menutup akses antara Hong Kong dan China Daratan.

Sementara, perserikatan tenaga kesehatan Hong Kong siap turun ke jalanan untuk protes keputusan pemerintah yang tak ingin menutup akses ke China Daratan di tengah risiko Virus Corona.

Sekitar 90 persen total persediaan makanan di Hong Kong adalah produk impor. Banyak di antaranya berasal dari China Daratan.

"Semua orang benar-benar khawatir. Saya pikir semua takut terkait apa yang bakal terjadi dalam beberapa hari ke depan. Harga-harga juga naik," ujar konsumen bernama Cindy, seorang eksekutif ritel.

Produk-produk yang turut ludes adalah hand wash dan cairan antiseptik. Karung-karung beras dan mi instan yang tersisa pun diborong pelanggan.

Supermarket lebih dipilih oleh pembeli ketimbang pasar tradisional, sebab kondisi supermarket yang ber-AC dianggap lebih aman.

Bagi warga Hong Kong, aksi borong makanan itu tak pernah terjadi sebelumnya. Efek dari Virus Corona dianggap lebih parah daripada ketika wabah SARS terjadi. Sementara, foto beredar di Twitter terkait panjangnya antrean demi membeli masker.


Jurus Taiwan Melawan Penimbun Masker Saat Wabah Virus Corona

Publik Taiwan mengenakan masker di tempat umum. (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Merebaknya Virus Corona ternyata memberikan efek terhadap penjualan masker. Ambil contoh konsumen yang memborong masker di Hong Kong. 

Ada pula kabar masyarakat rela mengantre hingga berjam-jam untuk mendapatkan masker. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyatakan masker-masker produksi Indonesia sudah diborong China. 

Stok masker di Taiwan juga sedang menipis, dan Taiwan bukan negara fokus pada produksi masker, alias memilih impor masker.

Untuk menghindari kekacauan pasar, pemerintah Taiwan pun langsung membeli masker dari pabrik lokal untuk kemudian dibagikan lagi.

"Pemerintah membeli sebagian besar masker dari pabrik dan mendistribusikan masker-masker itu ke pusat-pusat medis. Pengendalian pun lebih baik dan harganya bagus," ucap pemimpin perwakilan Taiwan di Indonesia, John Chen, kepada Liputan6.com

Lewat kebijakan pemerintah Taiwan, harga masker tetap terjaga seharga sekitar Rp 20 ribu per lembar. 

Selain itu, Taiwan tidak khawatir terkait masalah pangan. Berbeda dari Hong Kong yang banyak impor dari China, pemerintah Taiwan mengimpor dari negara-negara lain, termasuk Indonesia. 

"Kami mengimpor cukup banyak sayuran dari Indonesia dan kami mengimpor daging dari Australia, Selandia Baru, dan negara-negara Eropa," jelas John Chen.   

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya