Liputan6.com, Jakarta Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya soal belum ditemukannya infeksi novel coronavirus (2019-nCoV) atau lebih dikenal dengan virus corona. Salah satunya adalah terkait matinya virus pada suhu tertentu.
Ketua Umum Pokja Infeksi Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan, virus corona tidak menular hanya lewat udara.
Advertisement
"Saya sudah sampaikan, virus ini menjadi tidak aktif kalau ada sinar ultraviolet dari matahari," kata Erlina di Cikini, Jakarta, ditulis Senin (10/2/2020).
Dalam sebuah temu media pada Kamis pekan lalu, Erlina mengemukakan bahwa kemungkinan, ada pengaruh suhu di Indonesia terhadap berkembang biaknya virus corona.
"Virus ini berkembang biak pada suhu yang dingin dengan kelembapan yang rendah. Kalau Indonesia dingin atau enggak? Indonesia enggak ya. Kelembapannya rendah atau tinggi, tinggi ya, 80 persen lah. Ini bukan tempat yang baik untuk virus berkembang biak," kata Erlina.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Bukan Berarti Bebas dari Risiko
Walaupun begitu, bukan berarti Indonesia benar-benar bebas dari ancaman virus. Mereka tetap bisa hidup di Indonesia.
Ketua Umum PP PDPI Agus Dwi Susanto mengatakan, novel coronavirus merupakan salah satu jenis virus corona yang juga menjadi penyebab SARS.
"Kalau dari data SARS, virus corona SARS itu bisa bertahan sekitar dua hari. Tapi kalau di pemanasan, biasanya cepat mati," kata Agus dalam kesempatan yang sama.
Sehingga, Erlina mengatakan bahwa risiko tetap ada dan masyarakat tetap harus melakukan pencegahan penyakit. Beberapa cara mencegah penyakit yang disarankan adalah rutin mencuci tangan dan menggunakan masker.
Selain itu, penting juga memperkuat imunitas tubuh. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih meminta masyarakat untuk mengonsumsi buah dan sayur minimal tiga kali sehari dan makan makanan bergizi.
Advertisement