Tips bagi Penyandang Disabilitas Agar Bahagia Dalam Hubungan Cinta

Seorang penyandang disabilitas fisik yang kehilangan salah satu anggota tubuh mungkin memiliki tantangan sendiri dalam menjalani hidup. Tak terkecuali dalam kehidupan percintaan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 11 Feb 2020, 13:00 WIB
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta Seorang penyandang disabilitas fisik, tuna daksa yang kehilangan salah satu anggota tubuh, mungkin memiliki tantangan sendiri dalam menjalani hidup. Tak terkecuali dalam kehidupan percintaan.

Rasa tidak percaya diri dan pandangan orang lain menjadi sebagian dari banyak alasan untuk tidak membuka diri. Namun, sebagai manusia, orang dengan disabilitas fisik pun memerlukan hubungan layaknya orang lain.

Dilansir dari diabilityhorizons.com, ada beberapa kiat untuk membuka diri untuk seorang penyandang disabilitas mendapat hubungan percintaan. Kiat tersebut antara lain:

Memulihkan kepercayaan diri

Mencapai tingkat kepercayaan diri memang sulit bukan hanya untuk penyandang disabilitas tapi untuk non-disabilitas sekalipun. Namun, bukan tidak mungkin untuk mencapainya.

Untuk membangun kembali kepercayaan diri, fokus pada hal-hal yang penting dapat menjadi solusi. Memaknai dan menikmati hidup sepenuhnya dapat membuat orang mengenyampingkan kekurangan dan fokus pada kelebihan.

Dalam hal ini perlu adanya usaha untuk menjadi pribadi yang positif dan ingin bergaul dengan orang lain. Seseorang yang menginspirasi dan memiliki nilai-nilai serta pandangan positif tentang kehidupan adalah orang disukai orang lain.

“Anda dapat mencintai seseorang yang kehilangan anggota tubuh, tetapi Anda tidak dapat mencintai seseorang yang kehilangan hati,” tulis Disability Horizons.


Terbuka dan Menjadi Diri Sendiri

Hadapi penolakan dengan positif

Penolakan terjadi pada siapa pun, dalam setiap bidang kehidupan. Jadi wajar saja jika itu terjadi dalam kehidupan percintaan, terlepas dari disabilitas atau tidak. Orang saling menolak karena berbagai alasan jadi jangan mudah tersinggung.

Jika seseorang menolak difabel karena mereka diamputasi itu artinya orang tersebut tidak pantas untuk dijadikan pasangan. Seseorang yang hanya melihat fisik bukan lah orang yang dapat dijadikan teman hidup.

Bicaralah secara terbuka tentang kondisi diri

Pengungkapan keadaan adalah hal penting. Bila hendak mengungkapkan, seorang difabel perlu melatih apa yang akan dikatakan. Pelajari pertanyaan potensial yang mungkin ditanyakan kemudian siapkan beberapa jawaban.

“Mereka pasti akan menanyakan beberapa hal kepada Anda, dan semakin nyaman Anda membicarakannya, semakin nyaman pasangan Anda merasakannya. Bersiaplah untuk berbicara tentang bagaimana kehilangan anggota tubuh Anda terjadi dan seperti apa rutinitas harian Anda”.

Hilangkan fokus pada aspek-aspek negatif sebagai orang yang diamputasi, bicarakan juga sisi-sisi positif. Misal, momen paling membanggakan ketika mendapatkan kembali semangat hidup. Ketika seorang difabel merasa nyaman membicarakan kehidupannya, teman kencan atau orang lain juga akan merasa santai.

Bersikap percaya diri

Ketika percaya diri naik maka seseorang akan terlihat lebih menarik. Bicara dan berperilaku apa adanya akan membuat orang dapat menilai dengan baik.

Orang yang diamputasi juga bisa sukses seperti orang lain atau bahkan lebih. Prestasi di bidang olahraga, seni, atau apa pun bisa didapat.

Disabilitas juga tidak bisa menghalangi seseorang untuk mendapat banyak teman. Berbaur dan menerapkan inklusifitas bukan lah hal yang tidak mungkin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya