Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, mengakui sektor industri perhotelan saat ini tengah merugi akibat mewabahnya virus corona. Bahkan, potensi kehilangan industri ini ditaksir mencapai sebesar Rp 2,7 triliun.
"Kita mengalami potensi kehilangan hampir USD 200 juta atau Rp 2,7 triliun," kata dia dalam acara Munas PHRI di Karawang, Jawa Barat, Senin (10/2).
Baca Juga
Advertisement
Haryadi menyebut rata-rata jumlah turis asal China ke Indonesia per harinya bisa mencapai 3.000 orang. Dengan perolehan per sekali kunjungan biaya dikeluarkan rata-rata perorangan bisa mencapai USD 1.100.
Namun akibat adanya virus corona, jumlah pembatalan perjalanan lebih dari 78.000 turis asal China ke Indonesia dan 40.000 pembatalan kamar hotel berada di Bali. Sehingga potensi kehilangan mencapai triliunan lebih.
Bahkan dia menghitung, rata-rata jumlah turis asal China ke Indonesia per harinya bisa mencapai 3.000 orang. Dengan perolehan per sekali kunjungan per orang bisa mencapai USD 1.100.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Turis China
Sebelumnya, sektor pariwisata Indonesia diperkirakan kehilangan potensi pendapatan hingga USD 2,8 miliar atau setara Rp38,3 triliun. Angka ini berasal dari 2 juta turis China yang datang ke Indonesia, dengan rata-rata pengeluaran hingga USD 1.400 atau Rp 19 juta.
"Hitungannya 2 juta wisatawan per visit mereka spend USD 1.400," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Jumat (7/2).
Selain itu, sektor pariwisata tahun ini berpotensi mengalami penurunan turis dari negara lainnya, karena calon wisatawan khawatir untuk bepergian. Hal ini terlihat dari masa reservasi (booking period), di mana biasanya turis asing memesan tiket dan akomodasi lainnya di bulan Februari, Maret dan April.
Dia menjelaskan, reservasi pada bulan-bulan tersebut biasanya digunakan untuk berlibur di musim panas, sekitar bulan Juni, Juli dan Agustus. Namun, dengan belum ditemukannya obat anti virus corona hingga saat ini, bisa memicu orang enggan melakukan pemesanan liburan ke Indonesia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement