Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan Presiden Joko Widodo akan memanggil seluruh menteri Kabinet Kerja untuk membahas dampak virus Corona yang semakin hari penyebarannya semakin luas dan menewaskan ratusan jiwa.
Menurutnya, dampak virus corona memang tidak bisa hanya diwaspadai dari jauh, karena saat ini saja kelumpuhan ekonomi China dan negara yang tertular virus ini terpampang nyata.
"Besok, Presiden akan ratas (rapat terbatas), semua menteri hadir, salah satunya yang dibahas bukan corona saja tapi juga antisipasi resesi bila, ini bila lho, bila virus corona tidak bisa berhenti atau memakan waktu berbulan-bulan," ujar Erick dalam paparannya di Indonesia Healthcare Corporation Medical Forum, Senin (10/02/2020).
Erick melanjutkan, epidemi corona telah merenggut kekuatan ekonomi China yang perkasa. Terlihat, bursa saham Negeri Tirai Bambu tersebut jebol, lalu tenaga kerja yang seharusnya bisa melakukan mobilisasi dan produktif terpaksa tidak berbuat apa-apa, khawatir bakal terjangkit virus yang sama hebohnya dengan SARS dan MERS beberapa tahun belakangan itu.
Baca Juga
Advertisement
Pun, banyak tenaga ahli dari luar China yang sebelumnya menetap di negara tersebut memutuskan untuk kembali ke negara asalnya sebelum tertular Corona. Padahal, China menjadi negara dambaan mereka meskipun klasifikasi China untuk tenaga ahli ekspatriat sangat tinggi.
"Tak cuma itu. Pariwisata di China juga turun karena sektor pariwisata China didominasi 80 persen hingga 90 persen dari turis domestik, jadi mereka nggak butuh-butuh amat wisman sebenarnya. Jadi mengalami tekanan," imbuh Erick.
Bahkan, kalau dibiarkan terus, komitmen investasi asing bisa jadi korbannya. Erick sendiri mulai was-was dengan komitmen Abu Dhabi karena memang, pihak Abu Dhabi pun tidak mengetahui betul kondisi Indonesia sekarang.
"Kenapa? Orang Abu Dhabi kan nggak tahu di Indonesia aman atau enggak. Bisa saja investasi ini dihold," tutur Erick.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
China Siap Kucurkan Rp 588 Triliun ke Perusahaan yang Perangi Virus Corona
Bank Sentral China akan mengucurkan pinjaman senilai total 300 miliar yuan (USD 59,6 miliar) setara Rp 588,1 triliun, sebagai bagian dari upaya membantu dunia bisnis yang terlibat dalam memerangi epidemi Virus Corona.
Pinjaman disediakan Bank Rakyat China (PBOC) yang dikucurkan melalui sembilan bank nasional utama dan beberapa bank lokal di sepuluh provinsi dan kota, yang memenuhi syarat untuk pendanaan khusus.
Ini diungkapkan Wakil Gubernur PBOC Liu Guoqiang, seperti mengutip malan Straitrimes, Senin (10/2/2020). Pemberian pinjaman khusus ini dimulai pada Senin, 10 Februari 2020. Kemudian akan ditawarkan setiap minggu kepada perbankan.
Adapun daerah yang menjadi sasaran pinjaman, 10 wilayah termasuk provinsi Hubei - pusat penyebaran virus - serta Zhejiang, Guangdong, ibu kota Beijing dan pusat keuangan Shanghai.
"Penguatan keuangan ditujukan untuk membantu perusahaan di tingkat nasional dan lokal," kata Liu.
Bank sentral sebelumnya mengatakan akan memastikan dana diarahkan untuk kegiatan produksi dan bisnis terkait yang memerangi Virus Corona. "Lembaga keuangan harus menawarkan pinjaman hingga 100 basis poin di bawah Tingkat Bunga Pinjaman satu tahun," tambah Liu.
Proses pemberian pinjaman diupayakan berlangsung cepat, di mana dana dapat keluar dalam dua hari. Bank sentral akan melacak penggunaan dana dan setiap yang ditemukan melanggar aturan akan dihukum.
Advertisement