Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir blak-blakan soal rasa khawatirnya akan nasib ekonomi dan bisnis Indonesia imbas mewabahnya virus Corona. Tak cuma berdampak pada ekonomi secara keseluruhan, namun juga pada bisnis BUMN secara spesifik.
Erick berujar, dirinya telah berdiskusi dengan wakil menteri dan para deputi soal dampak virus Corona terhadap bisnis BUMN farmasi, yaitu bahan baku obat. Sebanyak 60 persen bahan baku obat didatangkan dari China, sementara dari dalam negeri porsinya 30 persen saja.
Advertisement
"Baru saja saya rapat tentang impact yang terjadi di BUMN. Karena tadi, obat pun bahan bakunya dari China, itu 60 persen dari China, 30 persen dalam negeri. Kalau enggak ada bahan baku, mau bikin obat pakai apa?" ujarnya di Jakarta, Senin (10/02/2020).
Bukan cuma bisnis farmasi, namun bisnis pariwisata dan transportasi sudah tentu kena imbasnya, malah mungkin dampaknya paling terasa. Seperti maskapai pelat merah, Garuda Indonesia, dan maskapai swasta lain yang pendapatannya tergerus karena rute perjalanan internasional ke China ditutup.
Oleh karenanya, Erick meminta agar semua pihak baik di BUMN bidang farmasi, transportasi dan lainnya agar saling berkoordinasi dan saling membantu.
"Tolong sosialisasi, diskusikan, koordinasi jangan hanya bekerja sendiri atau berpikir bukan urusan gue," imbuh Erick.
Menurutnya, meskipun belum ada tanda-tanda virus ini menjalar di Indonesia, namun seluruh pihak tentu harus memperketat kewaspadaan dan antisipasi.
"Bukan untuk nakut-nakutin, tapi kita harus siap, waspada, kita harus siap karena impactnya di China dan Singapura saja sudah terlihat," tutur Erick.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Erick Thohir Khawatir Corona Hambat Investasi Asing
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan dampak virus Corona yang ditemukan pertama kali dari Wuhan, China, bakal melebar sampai ke keputusan investasi asing di Indonesia. Pemerintah sendiri mulai was-was kalau penyebaran epidemi Corona ini bakal menunda investasi asing yang sudah direncanakan masuk, terutama ke Indonesia.
Contohnya saja Uni Emirat Arab. Baru-baru ini, Kementerian BUMN mendapatkan komitmen investasi dari investor di Abu Dhabi. Namun jika virus Corona tetap menyebar, dirinya tidak bisa memastikan apakah komitmen investasi tersebut bakal terus berjalan.
"Jelas hubungan dagang, investasi yang kemarin misalnya Indonesia dengan Abu Dhabi sudah teken USD 18 miliar, bisa saja berhenti. Kenapa? Orang Abu Dhabi kan enggak tahu di Indonesia aman atau enggak. Bisa saja investasi ini di-hold," ujar Erick dalam sambutannya di Indonesia Healthcare Corporation Medical Forum, Senin (10/02/2020).
Lebih lanjut, kesepakatan investasi yang telah dilakukan oleh Indonesia di Abu Dhabi ialah dengan Emirates Global Aluminium, yang teknologinya berasal dari China.
Tak cuma investasi. Menurut Erick, jika wabah Corona ini terus menyebar tanpa diiringi usaha pengobatan yang juga dikebut, maka dampaknya mungkin upaya membuka lapangan kerja juga akan terhambat. Pahitnya, kalau sampai supply chain terganggu, bisa-bisa target Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia pada 2045 bisa buyar.
"Nggak hanya pure kesehatan (dampaknya), apalagi kita punya target pertumbuhan ekonomi 5 persen. Kalau ekonomi kita tergerus terus, nanti mimpi 2045 mau jadi kekuatan ekonomi dunia nggak akan tercapai," kata Erick.
Advertisement