FAO Singgung Lambatnya Pembangunan Berkelanjutan di Asia Pasifik

Komitmen negara yang lambat untuk mengukur SDG dan kinerja yang buruk untuk mencapai SDG terkait erat.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 11 Feb 2020, 11:30 WIB
Hari Pangan Sedunia 2019 menyoroti ketersediaan pangan bergizi. (Dok FAO Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuka sesi ke-28 Asia and Pacific Commision on Agricultural Statistics (APCAS) di Bali pada Senin (10/2/2020) kemarin. Kegiatan ini berfokus pada kebutuhan dukungan spesifik data statistik pangan dan pertanian di Asia Pasifik.

Acara APCAS sesi ke-28 ini dipandu oleh Pemerintah Indonesia dan dihadiri 100 delegasi dari 30 negara, serta 9 organisasi internasional dan regional dengan 17 tujuan SDG’s, 169 target, dan 232 indikator. Tujuanya untuk memantau kemajuan demi meningkatkan sistem pendataan statistik dan analisis untuk perencanaan yang lebih baik di sektor pertanian, ternak, perikanan, dan kehutanan.

Kepala Statistik FAO Pietro Gennari menyampaikan tentang catatannya perihal kesenjangan data yang signifikan di Asia-Pasifik dalam memonitor pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG’s), dan lambatnya kemajuan untuk mencapai tujuannya.

"Komitmen negara yang lambat untuk mengukur SDG, dan kinerja yang buruk untuk mencapai SDG, terkait erat. Kami menyaksikan inversi aksioma yang lazim di mana apa yang diukur dan yang akan dilakukan. Kami tidak mengukur indikator SDG, dan ini adalah salah satu alasan penting mengapa kami tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai target SDG," singgungnya dal keterangan tertulis, Selasa (11/2/2020).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan jika pertukaran pengetahuan dan pengalaman terbaik melalui pertemuan APCAS adalah suatu cara untuk meningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat perkembangan statistik pertanian untuk memonitor pencapaian SDGs di wilayah Asia Pasifik.

"Melakukan kerjasama antara FAO dan pemerintah, termasuk dalam pemerintah sendiri seperti antara BPS dan Kementerian Pertanian dan juga dengan kementerian/lembaga lain yang terkait, sangat diperlukan untuk menghasilkan statistik pertanian berkualitas yang akurat, tepat waktu, dan relevan untuk menyediakan indikator SDGs," imbuhnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kelaparan dan Kekurangan Gizi

Nybol Madut duduk bersama anak-anaknya di tempat penampungan di Sudan Selatan (22/11). Mereka menderita krisis air bersih dan kelaparan karena minimnya persediaan pangan. (AFP Photo/Albert Gonzalez Farran)

Selain statistika data, dalam acara tersebut turut dibahas tentang urgensi statistik dalam proses untuk mengakhiri kelaparan. Dimana kerawanan pangan memainkan peran penting dalam berbagai bentuk kelaparan dan kekurangan gizi. Mayoritas kelaparan dunia dan anak-anak yang terkena dampak stunting tinggal di Asia.

Perwakilan FAO untuk Indonesia Stephen Rudgard menyampaikan, hampir setengah miliar orang yang kelaparan masih berjuang untuk bertahan hidup.

Dia juga mengungkapkan bahwa FAO sudah memperkuat kemitraan diantara pemerintah, internasional organisasi, dan sektor swasta untuk menyelesaikan permasalahan ini.

"FAO siap mendukung upaya nasional melalui program bantuan teknisnya," seru dia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya