Teknologi Industri Pertanian Indonesia Tertinggal, Ini Sebabnya

Di Indonesia dinilai kesadaran teknologi di kalangan petani masih rendah

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2020, 18:00 WIB
Para petani tembakau di lahan perkebunan mereka di Desa Jatiguwi, Kabupaten Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudistira, menyebut teknologi pertanian di Indonesia masih tertinggal di era digitalisasi. Sebab, kesadaran teknologi di kalangan petani masih rendah.

"Ketika revolusi digital, banyak teknologi pertanian yang masih belum maju," cetusnya pada acara Seminar Nasional yang diselenggarakan di Fairmont Hotel Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya pelatihan penggunaan teknologi modern merupakan faktor utama sektor pertanian masih bersifat tradisional.

"Di level daerah pendidikan banyak yang tamatan SMP ke bawah. Selain itu, memang diperlukan bantuan dari pemerintah. Seperti, pelatihan teknologi terbaru," ungkapnya.

Bhima menyarankan pemerintah melakukan kerjasama bidang pertanian dengan sektor swasta terkait penggunaan teknologi yang tepat guna.

"Harapannya, di situ pemerintah bisa memfasilitasi pelaku usaha dengan CSR nya (Corporate Social Responsibility) dengan bantuan-bantuannya. Intinya teknologi penting tapi tepat sasaran tidak?," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Gerakan 3 Kali Ekspor Pertanian Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja

Ilustrasi luas lahan yang siap digarap para petani.

Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menguatkan aktivitas produksi (on farm) maupun aktivitas pasca produksi (off farm) terus dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan mendorong pengusaha dan eksportir agar melipatgandakan lalu lintas ekspor pertanian menjadi tiga kali lipat.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa upaya tersebut merupakan langkah strategis dan program jangka panjang dalam meningkatkan sisi produksi hingga mencapai 7 persen per tahun.

Upaya ini sekaligus merealisasikan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam mendorong roda ekonomi nasional.

"Gerakan ini merupakan bagian dari program jangka panjang yang diyakini memiliki dampak besar pada roda ekonomi nasional. Sebab, nantinya akan ada jutaan orang yang terlibat di sektor pertanian," ujar Kuntoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (7/2/2020).

Selain itu, lanjut Kuntoro, gerakan tiga kali ekspor atau yang disebut Geratieks akan mempercepat jalanya laju ekspor komoditas pertanian menuju ekosistem pertanian yang modern.

Sebagai informasi, Geratieks adalah gerakan peningkatan ekspor pertanian yang digagas Mentan Syahrul untuk menyatukan kekuatan seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir. Gerakan ini diharapkan mampu meningkatkan ekspor komoditas pertanian dengan cara yang tidak biasa.

"Apalagi didalamnya sudah menggunakan dan memanfaatkan teknologi, inovasi, IT, digitalisasi, riset, jejaring dan kerja sama yang kuat dengan semua pihak," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya