Liputan6.com, Jakarta - Virus Corona atau Novel Coronavirus (2019-nCoV) saat ini tengah menjadi perhatian dunia. Korbannya sudah menembus angka 1.000.
Virus corona ini pertama kali muncul di Wuhan, China. Berawal dari kota ini, virus yang ditakuti itu pun menyebar ke beberapa negara.
Advertisement
Lantaran penyebarannya yang mudah, virus itu kini tak hanya ada di Wuhan, China. Beberapa negara di dunia sudah mulai didatangi virus Corona, seperti Australia, Kanada, Kamboja, Prancis, Jerman, Jepang, dan Malaysia.
Negara lainnya adalah Nepal, Singapura, Korea Selatan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Vietnam, bahkan hingga ke Amerika Serikat.
Dengan semakin meluasnya penyebaran virus ini, Indonesia sebagai negara yang berada dekat dengan wilayah penyebaran virus tersebut tentunya akan waspada bila sewaktu-waktu ada orang yang terkena atau membawa virus ini.
Meski begitu, hingga saat ini belum ditemukan fakta terkait orang yang positif terkena virus Corona ada di Indonesia.
Berikut alasan Indonesia belum dihinggapi virus Corona:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Iklim Tropis
Pada dasarnya, Indonesia memiliki iklim tropis yang secara otomatis mempunyai suhu rata-rata cukup tinggi, sekitar 35-37 derajat Celsius.
Ahli mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr R Fera Ibrahim MSc SpMK(K) PhD menyatakan setuju dengan hal itu. Dia mengatakan, sinar matahari bisa membantu untuk menonaktifkan virus tersebut.
"Pengaruh iklim tropis, karena sinar matahari itu membantu juga kita untuk inaktifkan virus," kata dr Fera.
Sementara itu, menurut pendapat ahli dari Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin National University of Singapore, Jyoti Somani dan Paul Tambyah, sinar matahari juga akan membantu proses untuk menghilangkan virus corona.
Hal tersebut didasari oleh peristiwa penyebaran SARS yang menyebar di wilayah China dan menghilang saat musim panas di China terjadi sekitar bulan Mei.
Namun, terkait dengan iklim tropis tersebut para ahli masih merumuskan apakah suhu panas akan mempengaruhi tingkat penyebaran virus corona.
Advertisement
Daya Tahan Tubuh
Seperti yang diketahui bahwa virus Corona dengan mudah menyerang ke manusia yang sedang memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
Untuk saat ini belum terdeteksi adanya penyebaran virus Corona di Indonesia. Namun, daya tubuh masing-masing individu juga mempengaruhi tingkat penyebaran virus ini.
Melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Dokter Achmad Yurianto menerangkan, Indonesia saat ini telah memiliki alat yang bisa mendeteksi penyakit baru yang muncul dan menginfeksi manusia, termasuk virus Corona.
Polymerase Chain Reaction atau (PCR) merupakan alat yang diklaim mampu membantu Litbangkes dalam mendeteksi penyebaran virus Corona di Indonesia.
"Kita pakai PCR yang biasa digunakan di Australia dan Singapura, dan sudah sesuai standar WHO. Semua penanganan kita sesuai standar WHO," demikian keterangan yang dilansir dari Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Achmad Yurianto.
Diharapkan dengan adanya fasilitas tersebut, memang dapat dibuktikan bahwa penyebaran virus Corona di Indonesia dapat dicegah penyebarannya.
Dunia Khawatir
Meskipun saat ini Indonesia diklaim masih aman dari ancaman virus Corona, melalui World Health Organization (WHO), dunia mengkhawatirkan Indonesia yang hingga saat ini belum memberikan data terkait apakah ada penyebaran virus mematikan ini di Indonesia.
Meskipun hingga saat ini masih belum ada laporan terkait penyebaran virus mematikan ini di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan selalu melakukan koordinasi terkait penyebaran virus ini. Pemerintah bekerja sama dengan WHO untuk mengawasi penyebaran virus ini.
"Indonesia tengah melakukan persiapan untuk menghadapi kemungkinan penyebaran virus Corona. WHO dan Kementerian Kesehatan RI juga terus berkoordinasi. Pemerintah RI juga mulai menyebarkan informasi terkait virus ini kepada publik dalam beberapa hari terakhir," demikian dilansir dari perwakilan WHO untuk Indonesia, dokter Navaratnasamy Paranietharan, di Jakarta.
Reporter : Rakha Fahreza Widyananda
Sumber : Merdeka
Advertisement