WHO Janjikan Vaksin Virus Corona Tersedia dalam 18 Bulan ke Depan

Virus Corona jenis baru yang mewabah di Wuhan, China, belum memiliki obat maupun vaksin.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Feb 2020, 19:30 WIB
Petugas laboratorium melepaskan pakaian pelindung di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning timur laut China, Rabu (12/2/2020). Per hari ini, Rabu (12/2) tercatat korban meninggal dunia akibat virus corona di China tercatat mencapai 1.110. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Virus Corona jenis baru yang mewabah di Wuhan, China, belum memiliki obat maupun vaksin. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, vaksin pertama untuk Virus Corona baru dapat tersedia dalam 18 bulan ke depan.

Dia mengatakan, dunia membutuhkan investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menghentikan wabah virus bernama Covid-19 ini. Pengembangan vaksin dan pengobatan merupakan bagian penting dari agenda penelitian.

"Kita bukannya tanpa perlindungan," tuturnya, seperti dilansir Xinhua, Rabu (12/2/2020).

"Ada banyak intervensi kesehatan publik dasar yang tersedia untuk kita saat ini, dan yang dapat mencegah infeksi saat ini."

"Oleh karena itu, kita harus melakukan berbagai upaya hari ini menggunakan berbagai senjata yang tersedia untuk melawan virus ini, sembari bersiap untuk (perlawanan) jangka panjang," ujar Tedros .

Sementara itu, melalui Twitter dia menyampaikan bahwa "ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah penularan dan bersiap untuk penyebaran lebih lanjut."

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Uji Coba ke Tikus

Tim medis mengevakuasi pasien suspect virus corona pada kegiatan simulasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, Rabu (12/2/2020). Simulasi tersebut untuk menunjukkan kesiapan sekaligus menyegarkan kembali pengetahuan SDM dalam menangani virus Corona. (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Sekelompok ilmuwan Inggris percaya bahwa mereka telah menjadi yang pertama dalam memulai pengujian hewan terhadap vaksin untuk Virus Corona baru yang telah menewaskan lebih dari 1.100 orang.

Para peneliti di Imperial College London mengatakan tujuan akhir mereka adalah untuk memiliki cara yang efektif dan aman untuk menghentikan penyebaran jenis SARS pada akhir tahun. Demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (12/2/2020). 

"Saat ini kami baru saja memasukkan vaksin yang kami hasilkan dari bakteri ini ke tikus," kata peneliti Imperial College London Paul McKay kepada AFP dalam sebuah wawancaranya. 

"Kami berharap bahwa selama beberapa minggu ke depan kita akan dapat menentukan respons yang dapat kita lihat pada tikus-tikus itu dalam darah mereka, respons antibodi mereka terhadap Virus Corona."

Para ilmuwan di seluruh dunia tengah berlomba untuk mengembangkan cara dalam membasmi strain baru dari virus terkenal yang telah berhasil diberantas di masa lalu.

Inggris kini telah mencatat delapan kasus dan terpaksa menutup dua cabang pusat medis di kota tenggara Brighton, di mana setidaknya dua anggota staf dinyatakan positif terinfeksi Virus Corona.

Akan tetapi, proses pencarian vaksin yang tepat adalah proses yang melelahkan dan biasanya memakan waktu tahunan dalam melakukan pengujian hewan dan uji klinis pada manusia.

Regulator kemudian harus memastikan bahwa vaksin tersebut cukup aman dan efektif untuk diproduksi secara massal.

Imperial College London berharap bahwa penelitian tentang coronavirus SARS yang sudah dilakukan sejak hampir dua dekade lalu dapat mempercepat proses penyembuhan ini.

"Kami berharap menjadi yang pertama untuk memasukkan vaksin khusus ini ke dalam uji klinis manusia dan itu mungkin adalah tujuan pribadi kami," kata McKay.

"Setelah fase satu percobaan selesai, yang bisa memakan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikan, itu dapat segera mulai menjadi percobaan kemanjuran pada orang, yang juga akan memakan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikannya," ujar McKay.

"Jadi, mungkin pada akhir tahun ini akan ada vaksin teruji yang layak untuk digunakan pada manusia."


Perlombaan Kolaboratif

Petugas laboratorium melakukan pengujian sampel dari orang yang akan diuji untuk virus corona COVID-19 di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning timur laut China, Rabu (12/2/2020). WHO kini tidak lagi menyebut virus yang merebak di China sebagai Virus Corona Baru. (STR/AFP)

Banyak penelitian dunia yang saat ini meneliti tentang virus Corona jenis baru sedang didanai melalui Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi (CEPI).

Kelompok ini dibentuk pada Forum Ekonomi Dunia 2017 di Davos untuk membantu perusahaan obat dan universitas, bergabung dan memberantas penyakit berbahaya dan dapat dicegah.

Imperial College London tidak bekerja dengan tim mana pun, serta saat ini bermitra dengan CEPI dan membutuhkan sumber pendanaan sendiri.

Para ilmuwannya berharap bahwa pengujian hewan yang berhasil dapat membantu mengamankan investasi yang memungkinkan uji klinis untuk memulai waktu antara Juni dan Agustus.

McKay mengatakan tidak adil untuk mengatakan bahwa berbagai universitas dan perusahaan bersaing untuk menjadi yang pertama mengembangkan vaksin.

"Ada begitu banyak cross-sharing dengan semua informasi ini. Maksud saya orang China, segera setelah genom diurutkan, mereka berbagi secara bebas dengan semua orang di dunia," katanya.

"Jadi, memasukkannya dalam pengertian kompetitif mungkin tidak akurat. Saya akan mengatakan bahwa ini adalah perlombaan kolaboratif."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya