78 Pesantren Jawa-Madura Ikuti Bahtsul Masail di Ponpes Lirboyo

Sederet persoalan mutakhir dibahas dalam forum itu, di antaranya tentang polemik ujian nasional, investasi emas, hingga potensi zakat petani.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Feb 2020, 12:00 WIB
Pesantren Lirboyo menjadi tempat tumbuhnya tradisi Pencak Dor (Liputan6.com/Balgo Marbun)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan santri dari berbagai pondok pesantren di Jawa hingga Madura mengikuti kegiatan bahtsul masail yang digelar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, membahas berbagai masalah kekinian, salah satunya investasi emas.

"Masalah yang dibahas beragam, di antaranya ada polemik ujian nasional, investasi emas, potensi zakat petani, dan berbagai tema lainnya," kata Panitia Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) se-Jawa Madura KH Muhammad Makmun di Aula Muktamar Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu, 12 Februari 2020.

Kegiatan itu diikuti kurang lebih 78 pesantren dari Jawa hingga Madura. Mereka semua santri putra yang akan dibagi menjadi beberapa komisi. Setiap komisi nantinya membahas tema dan berlandaskan dengan dalil dan kitab-kitab dari ahli kitab, dilansir dari Antara.

Ia berharap, dengan kegiatan bahtsul masail ini nantinya bisa menghasilkan keputusan yang terbaik. Bahkan, diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk pemerintah dari sumbangan pemikiran para santri untuk NKRI lebih baik.

"Kegiatan ini juga kami jadikan wahana silaturahmi antar pondok pesantren. Kami ucapkan terimakasih pada semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini dan kami minta maaf jika ada kekurangan. Kami mengusahakan sebaik mungkin," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Menteri Desa Hadir

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia (PDTT), Abdul Halim Iskandar (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar yang juga hadir saat pembukaan kegiatan itu mengatakan bahwa peran santri tinggi.

Ia juga mengikuti kegiatan FMPP dari waktu ke waktu, dan ternyata semakin hari, santri semakin semangat, banyak masalah yang diselesaikan.

"Berbagai masalah kontekstual, kekinian itu selalu menjadi isu yang menarik di FMPP dan menjadi bahan diskusi yang sangat bagus," kata dia.

Dirinya menyebut, terdapat beberapa hal dari kegiatan FMPP yakni menjawab berbagai masalah sosial kemasyarakatan dan menjadi media untuk melakukan sebuah proses penajaman cara berpikir, cara berpendapat termasuk menyampaikan pendapat.

 


Arti Penting Diskusi

Ketua DPRD Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar meninggalkan Gedung KPK seusai memenuhi panggilan penyidik di Jakarta, Selasa (31/7). Ini kali kedua Halim dipanggil penyidik setelah sebelumnya tak bisa hadir karena sakit. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Selanjutnya, Halim menyatakan, banyak orang tidak tahu cara menyampaikan pendapat, akhirnya ngawur (sembarangan). Tentu situasi seperti ini bukan menciptakan kesejukan tapi tidak nyaman, kenapa? Karena mereka tidak pernah masuk ke FMPP.

Ia menambahkan, memahami perbedaan pendapat merupakan hal yang sulit jika tidak pernah diskusi, berdebat. Jika pemahaman yang utuh pada suatu masalah tidak dilakukan, akan sulit untuk dicapai kesepakatan.

Dirinya menyatakan merupakan sebuah keberuntungan santri bisa menimba ilmu di pesantren. Para ulama, kiai dari pondok pesantren, pendapatnya selalu moderat, tidak ekstrem baik yang ekstrim kanan maupun kiri, karena para ulama tersebut mempunyai ilmu tinggi dan bisa melihat dari segala sudut.

Untuk itu, ia berharap kegiatan diskusi atau bahtsul masail dengan membahas berbagai isu terkini tetap dilestarikan di pesantren, karena hal itu juga baik untuk mengasah kemampuan para santri baik penguasaan kitab maupun berbagai isu terkini di nasional.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya