Liputan6.com, Padang - Perkembangan terknologi dan masifnya penggunaan media sosial jika tak disikapi secara bijak, akan menimbulkan banyak dampak buruk, termasuk ambyarnya mahligai rumah tangga.
Selain menyita waktu bersama pasangan yang dapat mengganggu proses komunikasi di keluarga, penggunaan media sosial yang tak bijak juga bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kenangan masa lalu. Berjumpa mantan misalnya, kemudian menjalin komunikasi kembali yang membuat pasangan cemburu.
Ada banyak kemungkinan prahara dalam rumah tangga yang disebabkan penggunaan media sosial yang tidak bijak. Bahkan, tak sedikit pula yang berujung perceraian.
Meski banyak orang menganggap sepele penggunaan media sosial, tetapi data membuktikan, di banyak daerah di Indonesia, angka perceraian yang tinggi salah satunya dipengaruhi oleh konflik akibat media sosial.
Baca Juga
Advertisement
Di Solok Sumatera Barat misalnya, sepanjang 2019 dari 434 kasus perceraian dan 110 di antaranya dipicu penggunaan media sosial. Artinya sekitar 25 persen angka perceraian di wilayah itu disebabkan penggunaan media sosial yang tidak bijak.
Dari tahun ke tahun, kasus perceraian di wilayah itu terus meningkat, pada 2018 pihaknya hanya menangani 217 kasus perceraian. Angka itu kemudian melonjak menjadi 434 kasus sepanjang 2019.
Ketua Pengadilan Agama Solok, Muhammad Fauzan mengatakan, ada banyak kasus perceraian yang dipicu konflik akibat media sosial. Kemudian berujung pada masalah-masalah lain, persoalan hak asuh anak dan harta gono-gini.
"Kaum wanita lebih mendominasi mengajukan gugatan cerai dibanding laki-laki," katanya, Kamis (13/2/2020).
Fauzan tak menegaskan penggunaan media sosial menjadi salah satu sumber keretakan mahligai rumah tangga jika tak diatur secara bijaksana. Misalnya seseorang bertemu orang ketiga di sosial media lalu asik berkomunikasi.
Ada juga yang bertemu dengan mantan kekasih, kemudian "say hello" lalu berujung pada cinta lama bersemi kembali. Banyak sekali dampak negatif yang muncul akibat tidak bijaknya seseorang menggunakan sosial media.
"Ada juga kasus sorang suami ketahuan chatting dengan wanita lain oleh istrinya, kemudian sang suami pergi dan tak kembali lagi hingga gugatan perceraian dilayangkan," ungkap Fauzan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Merugikan Diri Sendiri
Melihat hal tersebut, Fauzan meminta masyarakat agar bijak menggunakan media sosial, agar kualitas pernikahan terjaga dan terhindar dari konflik yang dibuat salah satu pasangan atau keduanya.
"Jika tak bijak maka akan timbul permasalahan yang akan merugikan diri sendiri," katanya.
Pasangan yang sudah menikah, lanjutnya, mesti memberi ruang komunikasi dan terbuka untuk saling mendengarkan. Jika terjadi konflik akibat media sosial, maka sebaiknya masing-masing pasangan melakukan instropeksi diri.
Kendati demikian, Fauzan menyebut, tingginya angka perceraian di Solok bukan hanya karena media sosial, tapi juga ada alasan lain, seperti ekonomi, perselingkuhan, ditinggal selama dua tahun dengan tidak dinafkahi, dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
"Pemicu di atas juga ada yang dampak dari penggunaan sosial media yang tidak bijak," katanya.
Advertisement