Cegah Virus Corona dengan Cuci Tangan, Kebiasaan Sederhana Namun Diremehkan

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sampai menjabarkan tata cara mencuci tangan untuk mencegah infeksi virus corona covid-19 ini.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 13 Feb 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi mencuci tangan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu upaya pencegahan virus corona yang kerap disepelekan hingga kini adalah mencuci tangan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sampai menjabarkan tata cara mencuci tangan untuk mencegah infeksi covid-19 ini.

Padahal, semua orang mungkin tahu dan paham. Caranya mudah, murah dan sederhana yaitu sering mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir. Kenapa hal ini begitu penting?

WHO mengungkapkan, mencuci tangan bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan secara umum melainkan bisa menghentikan penularan virus. Terutama saat terjadi wabah seperti virus corona seperti sekarang. Mencuci tangan disebut berulang kali dan menjadi saran paling utama dalam mengontrol infeksi virus.

Namun, masih ada saja yang meragukan efektivitas hal dasar dari kebersihan diri ini dalam konteks epidemik.

Penelitian terbaru dari Massachusetts Institute of Technology in Cambridge juga menunjukkan betapa pentingnya mencuci tangan dalam memperlambat penyebaran penyakit infeksi. Penelitian tersebut sudah ada dalam jurnal Risk Analysis.

"Kami menggunakan model epidemiologi dan simulasi data-base, untuk menunjukkan seberapa hebat menjaga kebersihan dapat memberi dampak pada laju transmisi penyakit," kata peneliti, dilansir dari MedicalNewsToday.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:


30% Orang Tidak Mencuci Tangan

Para peneliti memulai dengan menunjukkan data yang telah ada bahwa banyak orang tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

Menurut teman penulis Prof. Christos Nicolaides, "yang mencuci tangan setelah dari toilet masih 70%, sisanya 30% lainnya tidak (mencuci tangan mereka). Dan hanya 50% dari mereka yang mencuci tangan dengan benar".

Pusat Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan, mencuci tangan tidak hanya membasahi tangan dengan air, tapi gunakanlah sabun dan gosokkan kedua telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan di bawah kuku.

Setiap orang harus menggosok tangan dengan sabun setidaknya selama 20 detik sebelum membilasnya dengan air bersih mengalir dan mengeringkannya dengan tisu atau lap bersih.

Sayangnya, kebanyakan yang mencuci tangan setelah dari toilet tidak memakai sabun dan prosesnya tidak sampai 15 detik, catat Prof.Nicolaides.

"Kami menilik, paling banyak 1 dari 5 orang (atau 20 persen populasi) di bandara sudah mencuci tangan," tulis peneliti dalam jurnalnya.

Para peneliti menggunakan data yang telah ada mengenai penerbangan. Mereka melihat durasi penerbangan, jarak penerbangan, koneksi, dan rata-rata waktu pelancong menghabiskan waktu di bandara.

Berdasarkan perhitungan dan data dari penelitian bagaimana interaksi antar manusia dan sekelilingnya - yang artinya potensi kontak dengan patogen - para pengawas membuat simulasi pola penularan.

Mereka menandai 120 bandara yang menurut mereka berperan dalam penyebaran agen penularan. Ternyata bandara-bandara ini belum tentu yang lalu lintasnya tersibuk.

Misalnya, bandara di Tokyo (Jepang) dan Honolulu (Hawai), cenderung menjadi tokoh utama dalam penyebaran penyakit. Karena fakta keduanya memiliki koneksi langsung ke banyak bandara terbesar di dunia, namun secara keseluruhan bukan termasuk lalu lintas tertinggi.

Dari 120 bandara tersebut juga merupakan titik transit antara sejumlah besar negara di belahan Timur dan Barat. Inilah mengapa bandar udara tersebut menjadi faktor kunci dalam penyebaran penyakit menular.

Namun, para peneliti berpendapat bahwa jika lebih banyak orang mencuci tangan dengan sering dan benar maka secara signifikan memperlambat laju penyebaran penyakit.

Setidaknya, daripada 20 persen, akan lebih baik jika 60 persen populasi bandara menjaga kebersihan tangan untuk memperlambat penyebaran infeksi sampai 70 persen, menurut peneliti.

Jika jumlah orang dengan tangan bersih meningkat hingga 10% dapat memperlambat laju penyebaran penyakit hingga 24 persen.

"Membangun kesadaran kebersihan tangan merupakan sebuah tantangan, namun pendekatan baru edukasi melalui media sosial telah terbukti efektif," ujar Prof. Nicolaides.

 


Penerapan Promosi Cuci Tangan

Penumpang berjalan usai turun dari pesawat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, Minggu (6/5). Bandara Adisutjipto Yogyakarta mengalami pertumbuhan penumpang tertinggi ketiga dengan pertumbuhan 17,5 persen pada triwulan I 2018. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Meskipun para peneliti menjelaskan promosi atau kampanye tentang kebersihan diri dapat memperbaiki segala aspek, mereka juga mengakui hal ini sulit dicapai di sejumlah bandara besar.

Para peneliti akhirnya mengidentifikasi menerapkan kampanye cuci tangan di 10 bandara paling penting yang dekat dengan sumber wabah memberi hasil positif.

Menurut peneliti, pendekatan ini mungkin membantu memperlambat penyebaran infeksi sekitar 37 persen.

Prof. Nicolaides dan rekannya juga mencatat manfaat yang didapat jika menambahkan lebih banyak wastafel di bandara, bahkan di luar toilet, untuk mendorong orang mencuci tangan lebih sering.

Para peneliti mengatakan langkah lainnya dengan membersihkan dan mendisinfeksi setiap permukaan bandara lebih sering, terutama yang sering disentuh banyak orang.

"Penelitian ini berpotensi membentuk cara pandang pembuat kebijakan dalam merancang dan mengimplementasikan intervensi strategis berdasarkan promosi cuci tangan di bandara, yang dapat membantu mengontrol infeksi apapun dalam area geografis saat sejak awal wabah, sekaligus menghambat ekspansi pandemi," tulis para peneliti.

Mereka menambahkan, "Studi kami menyimpulkan bahwa keterlibatan populasi dalam kebersihan tangan yang tepat dapat menjadi solusi yang sederhana dan efektif untuk mencegah penularan infeksi dan mengurangi risiko pandemi globar besar-besaran."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya