IMI: Formula E Cuma 30 Persen Olahraga, Sisanya Pariwisata

Kerena aspek pariwisata yang dominan dalam perlombaan Formula E, tentu ada dampak ekonomi yang besar bagi negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2020, 15:31 WIB
Mobil BMW i8 Roadster, i8 Coupe dan BMW i3s mengawal konvoi mobil listrik jelang jadwal pelaksanaan balap mobil listrik atau Formula E 2020 di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Konvoi kendaraan listrik berlangsung dari GBK menuju Monas. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat, Sadikin Aksa menegaskan bahwa balapan Formula E yang akan diselenggarakan di kawasan Monas tidak harus dipandang sebagai olahraga semata. Lebih dari itu, Formula E mesti dipandang sebagai industri.

"Lima tahun terakhir, di Federation International Auotmotive (FIA) mencanangkan untuk motor sport ini adalah industri. Bukan lagi sebagai balapan biasa," kata dia, dalam diskusi di Pizza Kayu Api, Jakarta, Sabtu (15/2/2020).

Karena itu, lanjut Aksa, dalam event balapan semacam Formula E, unsur olahraga justru kecil. Yang besar justru unsur pariwisatanya.

"Apalagi yang dinamakan champion event. Itu olahraganya mungkin sisa 30 persen. Tapi yang dibesarkan yaitu tourism-nya," terang dia.

Kerena aspek pariwisata yang justru lebih dominan dalam perlombaan Formula E, maka menurut dia, tentu ada dampak ekonomi yang besar bagi negara tempat penyelenggaraan Formula E.

"Jadi dampak ekonominya kepada negara yang dituju itu harus jauh lebih besar karena ini bukan balapan hobi. Ini balapan tontonan yang menarik. Ini balapan semua orang yang berinteraksi di balapan ini semua digaji," ungkapnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya