Cerita WNI di Singapura: Virus Corona Picu Warga Kian Peduli Soal Kebersihan Diri

Warga Singapura mengatakan bahwa mereka menjadi semakin hati-hati dan peduli soal kebersihan mengingat meningkatnya jumlah kasus Virus Corona di sana.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Feb 2020, 21:00 WIB
Warga mengantre di luar apotek untuk membeli masker, termometer, dan pembersih tangan di Singapura (29/1/2020). Singapura sejauh ini mengonfirmasi tujuh kasus virus corona - semuanya datang dari Wuhan. (AFP Photo/Roslan Rahman)

Liputan6.com, Singapura - Penyebaran Virus Corona COVID-19 tak hanya terus meningkat di daratan China, namun juga banyak negara lain. Salah satunya adalah Singapura, yang kini statusnya sudah ditetapkan menjadi oranye oleh pemerintah. 

Jumlah kasus yang ditemukan di Negeri Singa itu kini berjumlah 67, angka tersebut termasuk satu orang WNI yang berprofesi sebagai pekerja domestik yang diduga tertular dari majikannya yang lebih dahulu dinyatakan positif terinfeksi. 

Pemerintah Singapura pun mengambil sejumlah tindakan secara tegas, termasuk pembatasan kedatangan dari China, aturan standar kebersihan di tempat kerja hingga prosedur pembersihan fasilitas kota. 

Sejumlah warga Singapura pun mengaku bahwa mereka sempat masih mengalami rasa was-was dan takut walaupun pemerintah telah menangani kasus ini dengan tanggap. Maka dari itu, mereka berupaya untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan.

"Kadang kalau habis keluar rumah, pasti langsung cuci tangan, mandi dan cuci baju yang habis dipakai. Keluar juga harus pakai masker. Lama-lama jadi kebiasaan buat bersih-bersih," ujar Judith Karina, seorang WNI yang kini berprofesi sebagai karyawan freelance di Singapura kepada Liputan6.com pada Sabtu (15/2/2020). 

Judith menceritakan sekilas tentang kondisi di Singapura di tengah meluasnya wabah Virus Corona, COVID-19. Katanya, banyak pusat perbelanjaan menjadi sepi pengunjung. Walaupun masih banyak terlihat WNA yang beraktivitas di luar, kemungkinan lebih banyak warga lokal Singapura yang merasakan ketakutan berlebihan. 

Hal itu seperti banyak diberitakan beberapa waktu lalu bahwa sejumlah warga Singapura memborong persediaan makanan dari supermarket. Aksi demikian membuat PM Lee Hsien Loong angkat bicara, mengatakan tindakan seperti itu sejatinya tidak perlu. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Upaya Maksimal Pemerintah

PM Lee Hsien Loong dalam unggahan video di Youtube yang berbicara mengenai dorongan untuk menghadapi wabah Virus Corona. (Source: Youtube Prime Minister's Office Singapore)

Sejumlah tindakan tegas yang dilakukan oleh pemerintah setempat adalah membatasi masuknya siapapun yang memiliki gejala penyakit baik melalui udara, laut maupun darat. Otoritas lokal juga melakukan upaya besar-besar untuk membersihkan fasilitas umum seperti sekolah, tempat bermain, bahkan hingga tombol lift dan pegangan di transportasi umum. 

Bahkan, pasukan militer juga dikerahkan untuk memproduksi masker dan dibagikan secara gratis bagi masyarakat. Masker-masker dibagikan di HDB (House Development Board), bangunan seperti rumah susun milik pemerintah oleh otoritas di area tersebut. Satu unit akan mendapatkan satu boks masker. 

Kepada Liputan6.com, seorang warga lokal lainnya, yang merupakan warga negara Singapura bernama Nazura Huda mengatakan bahwa ia menilai pemerintah sudah melakukan upaya maksimal. 

"Saya pikir mereka telah melakukan pekerjaan yang cukup baik. Dengan menerapkan pemeriksaan pengambilan suhu di rumah sakit, tempat kerja, sekolah, hotel, bandara. Juga mengambil langkah ekstrim mengarantina untuk kasus-kasus itu," ujar Nazura. 

Ia juga mengatakan pemerintah sangat tanggap dalam menindaklanjuti kasus terinfeksi. Pemerintah juga terus memberi informasi transparan secara berkala tentang jumlah kasus terinfeksi dan juga menjelaskan bagaimana mereka bisa terinfeksi. 

Nazura, yang juga merupakan seorang karyawan swasta di Singapura mengatakan bahwa sejumlah perusahaan telah menerapkan aturan bekerja dari rumah.

"Ada beberapa kantor yang membagi pegawainya jadi dua tim. Satu berada di kantor, satu lagi bekerja dari rumah. Kemudian mereka akan mendapat gilirannya masing-masing," katanya.


Sempat Paranoid

China Masih Berjibaku Melawan Corona: Perawat Yi Junfeng (kiri) mengacungkan jempol tanda dukungan kepada seorang pasien yang tengah dikarantina di sebuah klinik perawatan demam di Rumah Sakit Rakyat Hunan di Changsha, Provinsi Hunan, China tengah, pada 7 Februari 2020. (Xinhua/Chen Zeguo)

Baik Judith maupun Nazura, mengatakan bahwa mereka sempat merasakan ketakutan berlebihan di masa awal-awal penyebaran Virus Corona.

"Saya sempat merasa ketakutan berlebihan awalnya, sampai-sampai tengah malam kebangun dan langsung cek suhu tubuh," ujar Judith. 

Berbeda dengan Nazura yang mengatakan bahwa dirinya berusaha menghindari tempat-tempat ramai. 

"Saya sempat merasa sedikit paranoid ketika mengalami flu atau batuk," tutup Nazura. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya