Ironi Ibu Hamil di Kampung Terisolir, Ditandu Puluhan Kilometer Saat Pendarahan

Warga tersebut terpaksa ditandu dari kampungnya yang terisolir lantaran mengalami pendarahan saat hendak melahirkan

oleh Abdul Rajab Umar diperbarui 16 Feb 2020, 19:00 WIB
Warga kampung terisolir ditandu puluhan kilometer karena pendarahan saat hendak melahirkan (Abdul Rajab Umar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Polman - Sebuah peristiwa memilukan kembali dialami oleh warga Kecamatan Tubbi Taramanu (Tutar), sebuah kecamatan yang terisolir di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat. Di sana, seorang ibu yang tengah mengandung tiga bulan harus ditandu puluhan kilometer karena mengalami pendarahan.

Ani (30), warga Desa Ratte, salah satu desa terjauh dan terisolir di Tutar, harus ditandu sejauh 32 kilometer ke desa terdekat yang memiliki akses jalan lebih baik.

Puluhan warga desa menandunya menggunakan batang bambu dan sarung, menyusuri hutan lantaran akses jalan yang rusak parah dan tak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.

Ironisnya kondisi memperihatinkan ini terus menerus dirasakan oleh warga yang tinggal di Tutar, bahkan telah mereka rasakan selama puluhan tahun. Tak jarang, warga yang sakit harus meregang nyawa ketika berjuang untuk mendapatkan perawatan medis di Puskemas terdekat.

Ani beruntung karena tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpanya, sehingga ia dapat sampai ke rumah sakit dengan selamat. Warga yang menandu Ani sejauh puluhan kilometer itu harus membawa bekal selama perjalanan, karena harus menempuh perjalanan jauh nan melelahkan selama berjam-jam.

"Kami berangkat dari Desa Ratte jam 8 pagi, sampai di Sendana Majene setelah magrib, kemudian cari kendaraan dan sampai di Rumah Sakit Polewali jam 9 malam," kata Asri suami dari Ani kepada Liputan6.com, Jumat (14/02/2020) malam.

Asri menambahkan, ia sangat bersyukur istrinya bisa tiba dengan selamat setelah berjuang hampir sepuluh jam lamanya untuk sampai ke rumah sakit. Karena, ia sempat merasa khawatir akan kondisi istrinya yang mengalami pendarahan dan harus menahan sakit selama ditandu puluhan kilometer.

"Tadi saya bersama keluarga sangat khawatir dengan kondisinya, sebelum sampai kesini (rumah sakit)," ujar Asri.

Asri berharap, agar pihak pemerintah setempat baik kabupaten atau pun provinsi memberikan perhatian dengan membenahi akses jalan yang rusak ke desa mereka yang terisolir. Karena ia tidak ingin kejadian yang dialami oleh istrinya tidak menimpa warga lainnya atau bahkan ia alami kembali.

Sementara itu, Dasrul dari Aliansi Masyarakat Tutar yang berapa waktu lalu melakukan aksi unjuk rasa di DPRD Sulbar mengatakan, jalan poros Mapilli-Piriang harus segera menjadi perhatian pemerintah, karena peristiwa seperti ini sudah sangat sering terjadi dan hal itu tidak harus terjadi lagi.

"Jika pihak Pemprov dan khususnya Pemkab Polman masih bertele-tele dalam hal memperhatikan jalan poros Tutar maka Aliansi Masyarakat Tutar akan kembali melalukan aksi besar-besaran, hal yang tidak diinginkan mungkin saja bisa terjadi jika mereka melakukan aksi. Kami sudah bosan dengan janji-janji, 2020 harus sudah dianggarkan," tegas Dasrul.

Saksikan video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya