Bahaya Main Skullbreaker Challenge, Mulai dari Pendarahan Otak hingga Lumpuh

Beberapa pelajar berakhir di rumah sakit setelah menjalankan tantangan Skullbreaker Challenge

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 16 Feb 2020, 17:01 WIB
Skullbreaker Challenge (Foto: Tangkapan layar)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah challenge atau tantangan baru yang viral melalui aplikasi media sosial TikTok membuat para orangtua, sekolah, serta dokter di beberapa belahan dunia khawatir. Para ibu di Indonesia pun mulai menyuarakan kekhawatirannya dalam grup berbagi pesan terhadap tantangan tersebut.

Hanya dengan menilik namanya saja tentu telah terbayang betapa bahaya tantangan atau challenge tersebut bagi pelakunya. Skullbreaker, tantangan ini melibatkan gerakan melompat dan menjegal yang dilakukan oleh tiga orang secara bergantian. Saat ini, Skullbreaker Challenge dipraktikkan oleh murid-murid di Eropa dan Amerika Selatan, mengutip laman Hindustantimes.

Menurut laman tersebut, nama tantangan ini berasal dari kata berbahasa Spanyol 'Rompcraneos" yang bila diterjemahkan dalam Bahasa Inggris menjadi Skullbreaker atau 'penghancur tempurung kepala/tengkorak' dalam Bahasa Indonesia. Laman New York Post menyebut, tantangan ini bermula dari Venezuela dan merupakan bagian dari rangkaian tantangan bodoh (stupid challenge) yang marak di media sosial.

Banyak pelajar telah melakukan tantangan ini dan merekamnya. Beberapa pelajar tersebut malah berakhir di rumah sakit setelah menjalankan challenge, mengutip laman Mirror.

Beberapa sekolah di Eropa telah memberi peringatan pada murid-muridnya dan meningkatkan awareness agar tak melakukan tantangan ini. Bahkan, Kementerian Pendidikan di UAE juga telah mengeluarkan larangan untuk tidak melakukan prank online yang berbahaya tersebut. Kabarnya, para petugas di sekolah pun telah diminta untuk memantau para murid agar mereka tidak memainkan tantangan Skullbreaker.

 


Bahaya Melakukan Skullbreaker Challenge

Mengutip laman Khaleejtimes, beberapa remaja di Kanada dan negara lain dikabarkan mengalami cedera setelah melakukan tantangan itu. Dr Srinivas Janga, spesialis bedah saraf di Prime Hospital mengatakan, bila seseorang terjauh dengan kepala membentur lantai ada risiko cedera pada tempurung kepala.

"Ada risiko cedera pada tempurung kepala yang bisa mengacam jiwa seperti pendarahan otak," jelas Dr Janga. Bahkan kondisi jatuh dalam tantangan tersebut juga bisa menyebabkan faktur yang berakibat fatal.

"Itu juga bisa mencederai tulang belakang. Bisa berujung pada kelumpuhan di tubuh bagian bawah dan berujung pada cedera parah yang tak akan bisa disembuhkan meski dengan tindakan bedah atau medis lainnya," lanjut Dr Janga.

"Jatuh dengan bertumpu pada bokong akan berujung pada fraktur tulang ekor dan menyebabkan penurunan fungsi saraf seperti inkontinensia," tambahnya.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya