BKKBN Ubah Pola Pikir Remaja Soal Nikah Dini dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Mengubah pola pikir remaja soal nikah dini dengan pengetahuan kesehatan reproduksi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 17 Feb 2020, 20:00 WIB
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjadi pembicara bagi peserta Program Persiapan Keberangkatan (PK) Lembaga Pengelola Dana Kegiatan Pendidikan (LPDP) angkatan 156, Selasa (4/2/2020) di Mercure Hotel Ancol, Jakarta. (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyampaikan, pentingnya meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Upaya ini berkaitan dengan pola pikir terkait pernikahan dini. 

"Untuk mengubah mindset (pola pikir), kita harus mengedepankan ilmu pengetahuan. Salah satu tugas BKKBN adalah meningkatkan pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi. Isi dengan ilmu pengetahuan, maka saya yakin mindset berubah," jelas Hasto menjawab pertanyaan dari penerima beasiswa LPDP sekaligus guru SMA di Kalimantan Barat, yang mengungkapan tingginya angka pernikahan dini di daerahnya.

"Kalau kita hanya melarang saja, (dengan kalimat, 'tidak boleh menikah dini') ya tidak akan berhasil."

Dalam kesempatan sebagai pembicara bagi peserta Program Persiapan Keberangkatan (PK) Lembaga Pengelola Dana Kegiatan Pendidikan (LPDP) angkatan 156, Hasto menegaskan, remaja harus dibekali dengan penjelasan mengapa tidak boleh melakukan pernikahan dini.

"Tuhan menciptakan kita dengan luar biasa. Panggul perempuan dewasa diameternya 10 cm dan diameter kepala bayi diciptakan di bawah dari 10 cm. Kalau kawin pada usia muda, panggul belum cukup karena belum sampai ukuran 10 cm," tegasnya di Mercure Hotel Ancol, Jakarta beberapa waktu silam melalui keterangan resmi kepada Health Liputan6.com.

"Kondisi panggul yang belum cukup tersebut, bisa dibayangkan betapa sulitnya bayi lahir. Oleh karena itu, kawin usia muda tidak sehat. Lebih penting lagi, organ reproduksi wanita di bawah usia 20 tahun apabila terpapar hubungan seksual berisiko terkena kanker serviks (leher rahim) di kemudian hari. Remaja harus terpapar pengetahuan kesehatan reproduksi seperti ini."

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Sebabkan Putus Sekolah

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjadi pembicara bagi peserta Program Persiapan Keberangkatan (PK) Lembaga Pengelola Dana Kegiatan Pendidikan (LPDP) angkatan 156, Selasa (4/2/2020) di Mercure Hotel Ancol, Jakarta. (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Tak hanya pengetahuan kesehatan reproduksi saja, remaja juga perlu mengetahui dampak bila terjadi pernikahan dini. Pendidikan yang ditempuh bisa saja putus di tengah jalan.

"Remaja harus terpapar pengetahuan kesehatan reproduksi. Tapi bukan hanya dari segi kesehatan, melainkan perlu mengerti bahwa dengan kawin pada usia muda akan berakibat kehamilan yang tidak direncanakan," Hasto menegaskan.

"Nah, akibatnya  remaja bisa putus sekolah. Padahal, seharusnya mereka mengenyam pendidikan sebaik mungkin."

Di hadapan 204 orang peraih beasiswa LPDP persiapan keberangkatan angkatan ke 156, Hasto memberikan materi tentang Membangun SDM yang Unggul dan Berkarakter. Program Persiapan Keberangkatan (PK) Lembaga Pengelola Dana Kegiatan Pendidikan (LPDP) merupakan program pembekalan yang diselenggarakan oleh LPDP bagi para Calon Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia. 

LPDP  adalah sebuah lembaga yang beroperasi di bawah Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama.

"Generasi muda kuasailah hard skill (menguasai substansi) dan soft skill (kemampuan komunikasi). Kemudian mulailah belajar tidak menyalahkan orang lain dan tinggalkan sindrom merasa paling tahu. Berkarya dan berinovasi itu memuaskan dan membahagiakan hati. Mengejar materi tidak ada batasnya dan lebih sering tidak membahagiakan, " pesan Hasto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya