80 Persen Elang Gundul di AS Sekarat Akibat Keracunan Timah

Tak sedikit spesies elang gundul di AS sekarat akibat keracunan timah di dalam peluru para pemburu.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Feb 2020, 18:35 WIB
Ilustrasi bald eagle. (iStockphoto)

Liputan6.com, Amerika Serikat - Bald eagle atau yang dikenal dengan "elang gundul" memiliki nama ilmiah Haliaeetus leucocephalus, yang berarti elang laut berkepala putih. Elang ini merupakan salah satu spesies yang paling terkenal. 

Tak sedikit dari spesies elang gundul ini sekarat karena peluru timah di seluruh Amerika Serikat. Namun mereka sekarat bukan karena ditembak, melainkan keracunan.

Fasilitas rehabilitasi elang terbesar di North Carolina Cape Fear Raptor Center, telah merawat 7 elang dalam sebulan terakhir karena keracunan timbal.

Dilansir dari CNN, Senin (17/2/2020), sejak November 2019, setidaknya 80% elang yang telah dimatikan dengan cara eutanasia di fasilitas itu mati karena keracunan timbal atau biasa disebut juga timbel, plumbum, atau timah hitam.

Pemburu menggunakan peluru timah untuk membunuh rusa dan hewan lainnya. Meskipun pemburu tidak menargetkan elang, secara tidak langsung burung-burung terkena pengaruhnya ketika mereka memakan mangsa yang ditembak dengan peluru itu.

Direktur Eksekutif Cape Fear Raptor Center, Dr Joni Shimp mengatakan, "Dalam cara dan bentuk apa pun, pemburu tidak memiliki niat atau sengaja untuk mencoba membunuh elang, burung nasar, atau spesies lainnya.”

Insiden terbaru terjadi pada Jumat 14 Februari 2020, ketika Rehabilitasi Satwa Liar Pulau Hatteras menemukan seekor rajawali yang menunjukkan gejala keracunan timah dan membawanya ke Cape Fear Raptor Center untuk mendapatkan perawatan.

Kepala pusat rehabilitasi Lou Browning mengatakan, para burung yang mati pada malam yang sama mengalami dehidrasi dan terlalu lemah untuk bergerak. Elang-elang yang terlalu banyak merasa sakit akhirnya dimatikan, dan tak sedikit yang mati meskipun sudah dirawat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Menjadi Masalah di Seluruh AS

Ilustrasi bald eagle. (iStockphoto)

Shimp mengatakan, keracunan timbal dapat menyebabkan beberapa hal pada elang, seperti kurangnya pertimbangan ketika terbang melintasi jalan raya, ketidakmampuan untuk terbang dengan cepat yang mengakibatkan tertabrak mobil, kejang-kejang, dan mati.

Tergantung pada tingkat keracunan, beberapa elang dapat bertahan hidup setelah dokter hewan menggunakan terapi khelasi, menyuntikkan burung dengan obat yang menyalurkan racun dalam aliran darah mereka dan memungkinkannya dikeluarkan dari tubuh mereka.

Menurut American Bird Conservancy, jutaan burung di seluruh AS termasuk elang gundul terkena racun dari timbal setiap tahun.

"Ini merupakan masalah AS secara keseluruhan. Keracunan timah meningkat, dan kami memantaunya sepanjang tahun," kata Shimp. Ia juga mengatakan satu-satunya solusi yang dipercaya adalah mendidik pemburu tentang pentingnya menggunakan peluru non-timah.

Diperlukan beberapa hari dengan tujuan mendidik para pekerja di toko-toko penjual peluru itu untuk mengarahkan mereka kepada penggunaan peluru tembaga. Hal ini direncanakan gar bisa memulai "perang" melawan peluru timah, bukan pada pemburu. Peluru tembaga dapat dibeli secara online meskipun lebih mahal dan sulit ditemukan di toko. 

The Bald dan Golden Eagle Protection Act yang didirikan pada tahun 1940, melarang untuk memiliki, menjual, atau berburu elang botak. Melalui undang-undang federal, negara bagian, dan kota terus melakukan perlindungan terhadap hewan-hewan ini bahkan setelah mereka dikeluarkan dari daftar hewan yang terancam punah pada tahun 2007.

 

 

Reporter: Jihan Fairuzzia 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya