Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei Indo Barometer menyatakan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok paling unggul dalam penanganan banjir di Jakarta, dibandingkan gubernur terdahulu Joko Widodo maupun Gubernur saat ini Anies Baswedan.
Menanggapi hal tersebut, Fraksi PDIP DPRD DKI menilai hasil survei itu sesuai dengan kenyataan yang ada.
Advertisement
"Era Pak Ahok memang lebih bagus ya dibandingkan sekarang ini, bukan karena Pak Ahok dari partai saya, tapi kenyatannya seperti itu," kata Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Ida Mahmudah saat dihubungi, Senin (17/2/2020).
Ia menyebut penanganan banjir saat ini tidak terkonsep dan terkesan dikerjakan secara mendadak.
"Masyarakat bisa menilai, kalau sekarang ini kan penanganannya banyak yang sudah kejadian dan seperti terkaget-kaget jadi terlihat tidak terkonsep untuk menyelesaikan dengan baik," ujar Ida.
Sementara itu Ketua Fraksi PDIP Gembong Warsono menyebut hasil survei itu adalah wajar.
"Ya wajar kan, memang benar," ucap Gembong.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tanggung Jawab Anies
Sebelumnya, survei Indo Barometer memperlihatkan bahwa publik menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan paling bertanggung jawab atas bencana banjir Jakarta.
Dalam survei Indo Barometer 9-15 Januari, 61,4 persen responden menilai Pemprov DKI Jakarta bertanggung jawab menyelesaikan masalah banjir. Dibandingkan, yang menilai pemerintah pusat bertanggung jawab sebesar 27,3 persen. Sementara, tidak tahu atau tidak menjawab 12,4 persen.
"Publik melihat tanggung jawab itu milik Pemprov DKI Jakarta," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari saat rilis survei di Kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (16/2/2020).
Indo Barometer turut membandingkan penyelesaian banjir dengan dua gubernur pendahulu Anies. Menurut survei itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dianggap paling berhasil mengatasi banjir.
"Menurut publik nasional untuk masalah banjir, gubernur Jakarta yang dianggap paling berhasil adalah Basuki Tjahaja Purnama (42 persen), disusul Joko Widodo (25 persen), dan Anies Baswedan (4,1 persen)," ujar Qodari.
Advertisement