Pembangunan Stasiun MRT Monas Dipastikan Tak Ganggu Formula E

PT MRT akan berkoordinasi dengan penyelenggara Formula E agar lintasan balapan tidak bertabrakan dengan konstruksi stasiun.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 17 Feb 2020, 14:16 WIB
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan mass rapid transit (MRT) fase II rute Bundaran HI-Kota di Taman Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (2/7/2019). Pembangunan tersebut mencakup gardu listrik serta Stasiun Monas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta menyatakan, pembangunan Stasiun MRT Monas di fase II tidak akan mempengaruhi perhelatan Formula E yang juga digelar di kawasan ring 1 itu.

Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menyebut, pihaknya sudah berkoordinasi dengan penyelenggara Formula E agar rutenya tidak bertabrakan dengan konstruksi.

"Kita sudah berkoordinasi detail dengan tim dari Formula E. Supaya baik kegiatan dari Formula E tidak berdampak ke konstruksi. Begitu pun juga kita, konstruksi tidak berpengaruh dengan kegiatan Formula E," kata Silvi di Stasiun MRT Bundaran HI, Senin (17/2/2020).

Sebelum pengerjaan kontruksi stasiun MRT dimulai, Silvi memastikan akan memberitahu dan berkoordinasi dengan pihak terkait.

"Nanti kami akan memberitahukan lebih lanjut detailnya dari pembangunan tersebut. Seperti yang tadi disampaikan, pasti kita akan share sebelum proses konstruksi fisik terjadi," tuturnya.

Selain itu, pembangunan Stasiun MRT di Monas dipastikan tak akan disertai rekayasa atau pengalihan arus lalu lintas. Sebab itu adalah kawasan Ring 1.

"Salah satu persyaratan dari Pempus (pemerintah pusat) bahwa pembangunan Stasiun Monas itu tidak ada rekayasa lalu lintas terhadap Jalan Medan Merdeka Barat, jadi semua pembangunan di era terbatas," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Beda dengan Pembangunan Fase I

Pengendara melintas di samping proyek skybridge Stasiun MRT Asean-Halte Transjakarta CSW, Jakarta, Selasa (21/1/2020). Jembatan layang ini nantinya akan memudahkan penumpang mengakses salah satu moda transportasi baik di MRT Stasiun Asean atau Halte Transjakarta CSW. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Berbeda untuk pembangunan stasiun MRT lainnya, yang kemungkinan akan dilakukan rekayasa lalu lintas.

Silvi menyebut pembangunan fase II yang seluruhnya di bawah tanah itu menggunakan metode Tunnel Boring Machine (TBM) atau mesin bor terowongan yang tidak kelihatan dari atas jalan raya, tetapi sebagian alat tetap diturunkan dari atas permukaan jalan. Hal itu menyebabkan harus ada penutupan jalan selama proses ini.

"Pasti ada kegiatan penggalian dari permukaan ke bawah. Dan saat kita melakukan penggalian itu kita perlu melakukan traffic diversion (rekayasa lalin), tapi kita mau berbeda," tuturnya.

Namun, pengalihan akan lebih rapi dari fase I MRT atau tidak akan lagi menggunakan seng. "Kita ingin ini dilakukan lebih baik lagi, kondisinya, kualitasnya, supaya para pengendara kendaraan maupun pejalan kaki dampaknya bisa diminimalisasi," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya