Bisa Jadi Stimulus Positif Saat Covid-19, MTI Usulkan Penyesuaian Harga BBM

Bambang haryo menyatakan, turunnya harga BBM bisa menjadi stimulus positif, apalagi, saat kondisi ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19 sekarang ini.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 27 Apr 2020, 17:29 WIB
Bambang Haryo Soekartono (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur Bambang Haryo Soekartono meminta pemerintah segera menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini lantaran harga minyak mentah dunia turun drastis.

"Turunnya harga BBM ini sangat penting. Karena bisa membantu pengusaha industri manufaktur, sektor jasa transportasi, nelayan, UMKM yang saat ini memiliki peran terbesar terhadap perekonomian. Hal ini dikarenakan 60% PDB dan 95 % tenaga kerja Indonesia berasal dari UMKM, "ujarnya, Jumat (24/4/2020)..

Mantan anggota Komisi VI DPR RI periode 2014-2019 ini menyatakan, turunnya harga BBM bisa menjadi stimulus positif, apalagi, saat kondisi ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19 sekarang ini.

"Harga energi yang murah dapat menjadi stimulus bagi sektor riil agar ekonomi tetap bergerak, harga pangan stabil serta daya beli masyarakat tetap terjaga, sehingga tentunya bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan oleh Negara," imbuhnya.

Belum turunnya harga BBM itu, kata pria yang akrab dipanggil BHS ini, diduga  ada permainan kartel. Yakni dimainkan para mafia BBM. 

"Karena mafia energi diduga masih leluasa bermain di tengah pandemi virus Corona (Covid-19), sehingga harga BBM lebih mahal dibandingkan harga semestinya," tegasnya.

 


Mafia Pangan

Bambang Haryo juga mengingatkan pemerintah segera memberantas mafia pangan agar rakyat tidak semakin sengsara akibat dampak pandemi Covid-19. Menurutnya, ada 11 komoditas pangan masih dikendalikan mafia. Akibatnya harganya selalu bergejolak dan cenderung langka.

Dia mencontohkan harga gula yang mencapai Rp 17.000 sampai Rp 18.000 per kilogram saat pandemi virus Corona. Sedangkan harga gula di Malaysia saat ini masih RM 2,95 atau setara dengan Rp. 10.531. Hal ini diperparah dengan kondisi harga kebutuhan pokok lain seperti jagung yang termahal di dunia karena berkisar Rp. 8.000. Sedangkan untuk harga jagung dunia adalah Rp. 3.000-5.000 yang berakibat mahal nya harga telur dan daging ayam.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya