Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), Pahala N Mansury, mengatakan bahwa jumlah kredit pemilikan rumah (KPR) yang disalurkan oleh BTN mencapai Rp 191 triliun. Angka tersebut baik untuk kredit KPR bersubsidi maupun non-subsidi.
Dari jumlah itu, angka kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) pada KPR bersubsidi sangat kecil yaitu di bawah 1 persen. Sementara untuk kredit macet di KPR non-subsidi mencapai 3,7 persen.
"Kalau KPR kita NPL-nya sebetulnya masih cukup terkendali," kata Pahala seperti ditulis selasa (18/2/2020).
Pahala menyebut, ada peningkatan kredit macet di segmen komersial. Angkanya mencapai 18 persen. Paling tinggi presentasenya berasal dari bangunan bertingkat (high rise) atau apartemen.
Baca Juga
Advertisement
Untuk itu, strategi yang dilakukan oleh BTN untuk mengendalikan kredit macet tersebut adalah dengan memperbaiki penyaluran kredit baru. Khususnya di segmen komersial dan segmen konsumer.
Langkah yang diambil pun dengan menerapkan kemampuan bayar kembali atau re-payment capacity (RPC). Langkah ini sebenarnya sudah mulai diterapkan sejak 2019. Dampaknya, kualitas penyaluran kredit jadi lebih baik jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Cara lainnya yaitu mengendalikan kredit di segmen komersial maupun konsumer. Khususnya, dengan melakukan monitoring yang ketat di segmen kredit konstruksi. BTN meminta kepada debitur untuk bertransaksi dana dengan BTN.
"Ini upaya kita supaya yang ada di kita enggak jadi NPL lagi," kata Pahala.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
BTN Targetkan Raup Laba Rp 3 Triliun di 2020
Sebelumnya, PT BTN (Persero) Tbk menargetkan bisa memperoleh laba Rp 3 triliun di 2020. Optimisme ini lantaran didukung fundamental perseroan yang semakin kuat serta potensi bisnis yang besar.
"Tahun ini akan tercapai karena didukung pondasi bisnis yang kuat dan lebih hati-hati serta potensi bisnis yang masih besar," kata Direktur Utama BTN Pahala N Mansury dalam Media Briefing & Lunch di Kantor Cabang Bank BTN Cawang Jakarta Timur, Senin (17/2/2020).
Menurut Pahala, BTN telah memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat untuk mendukung ekspansi. Tercatat CAR BTN berada di level 17,32 persen pada Desember 2019. Angka ini berada di atas ambang batas yang ditentukan regulator sebesar 14 persen.
BACA JUGA
Rasio kecukupan likuiditas atau liquidity coverage ratio (LCR) BTN iuga masih kuat. LCR perseroan tercatat sebesar 136,31 persen di Desember 2019.
BTN juga telah mencanangkan berbagai varian strategi untuk dikerjakan tahun ini. Apalagi, peluang bisnis bagi perseroan masih terbuka lebar.
Pahala menjelaskan, berbagai strategi yang menjadi fokus emiten dengan kode saham BBTN ini yakni peningkatan produktivitas. Kemudian perseroan juga akan memaksimalkan berbagai platform termasuk terkait proses kredit dan infrastruktur data.
BTN juga mengembangkan model bisnis baru untuk dana ritel dan wholesale funding. Termasuk meningkatkan digitalisasi dan otomatisasi di tahun ini.
“Kami juga akan memaksimalkan kemitraan untuk membangun ekosistem di sektor properti dan perumahan," kata Pahala.
Advertisement