Pengungsi Kian Bertambah, PBB Kewalahan Tangani Masalah di Idlib

PBB mengatakan bahwa upaya memindahkan para pengungsi di Idlib bukanlah hal yang mudah, melainkan sebuah upaya keras.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 18 Feb 2020, 11:24 WIB
Warga berjalan melewati puing-puing bangunan setelah serangan udara rezim di Kota Ariha, Idlib, Suriah, Rabu (15/1/2020). Pada 9 Januari, gencatan senjata di Idlib dideklarasikan dengan inisiatif Rusia dan Turki. (Omar HAJ KADOUR/AFP)

Liputan6.com, Idlib - Operasi bantuan di Suriah bagian timur laut sedang kewalahan, ketika jumlah orang yang terlantar akibat tindakan ofensif pemerintah di Idlib meningkat, kata PBB pada Senin 17 Januari 2020. 

Sejak awal Desember, 900.000 orang terpaksa mengungsi, di mana kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Dilansir dari BBC, Selasa (18/2/2020), PBB menambahkan bahwa fasilitas kesehatan dan sekolah menjadi sasaran operasi serangan. 

Peringatan itu datang ketika Presiden Bashar al-Assad berjanji untuk melanjutkan operasi militer di Suriah utara.

"Pertempuran untuk pembebasan provinsi Aleppo dan Idlib berlanjut," katanya, setelah pasukannya membuat kemajuan baru selama akhir pekan.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Mark Lowcock, memperingatkan bahwa "kisah horor kemanusiaan terbesar abad ke-21" hanya dapat dihindari dengan gencatan senjata.

Bayi dan anak-anak kecil dikatakan menderita karena kedinginan. Ditambah lagi, dengan banyaknya orang yang terpaksa tidur di luar dalam suhu yang sangat dingin karena kamp-kamp penuh dan tak lagi mampu menampung lebih banyak orang. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sasaran Tak Pandang Bulu

Seorang bocah menangis saat dievakuasi setelah serangan udara rezim di Kota Ariha, Idlib, Suriah, Rabu (15/1/2020). Sebanyak sembilan orang dilaporkan tewas dalam serangan pasukan pemerintah terhadap benteng terakhir oposisi tersebut. (Abdulaziz KETAZ/AFP)

Lowcock mengatakan kekerasan di wilayah itu tidak pandang bulu dan infrastruktur dasar pun menjadi sasaran.

"Kami sekarang menerima laporan bahwa permukiman untuk orang-orang terlantar terkena, yang kemudian mengakibatkan kematian, cedera, dan pengungsian lebih lanjut," tambahnya.

Dia mengatakan operasi bantuan besar yang dikelola dari seberang perbatasan di Turki sedang kewalahan.

Sebelum konflik dimulai pada 2011, Idlib adalah rumah bagi sekitar 1,5 juta orang. Namun, jumlah ini telah berlipat ganda karena pemerintah Suriah mengambil kembali daerah-daerah oposisi di tempat lain di negara itu.

Provinsi itu adalah benteng pertahanan utama yang dikuasai pemberontak di Suriah, tetapi kemajuan pasukan pemerintah Suriah, yang didukung oleh pasukan Rusia dan milisi yang didukung Iran, telah memberikan tekanan lebih lanjut pada populasi yang terusir.

Turki, yang mendukung banyak kelompok pemberontak di provinsi itu, juga telah menutup perbatasannya dengan Suriah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya