Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa antisipasi masuknya virus Corona sudah mereka bangun sejak ditemukannya kasus MERS (Middle East Respiratory Syndrome), atau yang juga disebut sebagai flu unta pada tahun 2011.
"Kami tidak membangun sistem yang baru karena sejak 2011 hingga sekarang, kami selalu mengantisipasi dan mewaspadai masuknya virus Corona yang lain yang berasal dari Timur Tengah, yang kita sebut sebagai flu unta," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Ditjen P2P Kemenkes) Achmad Yurianto.
Advertisement
Usai pertemuannya dengan perwakilan World Health Organization, Dewan Pertimbangan Presiden, dan peneliti dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Senin kemarin, Yuri mengatakan bahwa Indonesia masih belum benar-benar terbebas dari ancaman MERS.
"Potensi ancaman ini nyata karena setiap tahun, sepanjang hari, ada sekitar 1,4 juta penduduk muslim Indonesia yang melaksanakan kegiatan ibadah umrah dan Haji," kata Yuri di Jakarta, ditulis Selasa (18/2/2020).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Kemenkes Periksa 104 Spesimen
Hanya saja, terkait pencegahan masuknya MERS ke Indonesia, Yuri mengungkapkan bahwa pintu masuk negara untuk ibadah umrah dan haji sudah ditentukan. Sehingga, ini berbeda dari antisipasi terkait COVID-19.
Terkait COVID-19 sendiri, Yuri mengatakan bahwa Indonesia masih bebas dari infeksi virus corona SARS-CoV-2. Hal ini didasarkan dari pemeriksaan terhadap 104 spesimen yang dikirim dari 39 rumah sakit di 19 provinsi dan telah diperiksa Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).
Yuri mengatakan, Kemenkes sebelumnya telah melakukan surveilans aktif terkait kemungkinan munculnya COVID-19 setelah melewati pintu masuk negara dan pada periode inkubasi.
"Maka pemerintah daerah dan kita semuanya menyiapkan sistem surveilans aktif yang melibatkan 100 rumah sakit yang sudah kita siapkan sejak kasus virus corona yang pertama di tahun 2002, yaitu SARS," kata Yuri.
"Keseluruhan pemeriksaan menghasilkan negatif virus COVID-19," kata Yuri.
Advertisement