Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat neraca dagang Jawa Timur alami defisit sebesar USD 226,61 juta pada Januari 2020.
Defisit neraca dagang ini terjadi karena selisih perdagangan negatif pada sektor migas dan nonmigas. Sektor nonmigas alami surplus sebesar USD 222,77 juta dan migas defisit USD 449,38 juta pada Januari 2020.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Rahma Gafmi menuturkan, defisit neraca dagang Jawa Timur terjadi karena nilai impor yang dilakukan di Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan nilai ekspornya. Artinya ekspor Jawa Timur turun ini juga akan berdampak pada hasil produksi yang menurun karena permintaan ekspor dari China menurun.
"Virus corona di Tiongkok juga menyebabkan mandeknya perdagangan Indonesia dengan negara tersebut juga memberikan dampak cukup besar bagi Indonesia termasuk Jawa Timur," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Selain sektor pariwisata, dampak virus corona juga ke sektor manufaktur dan pengolahan. Ini karena ekspor industri tersebut ke China sangat besar. Sementara itu, mencari pasar yang baru menurut Rahma butuh waktu dan proses. "Industri kita sangat bergantung pada bahan baku impor yang juga dari Tiongkok. Kita impor bahan baku sekitar 70 persen, sedangkan 50 persennya dari Tiongkok. Misalnya plastik, bijih besi dan mesin," tutur dia.
Ekspor Jawa Timur mencapai USD 1,8 miliar atau naik 4,24 persen dibandingkan Desember 2019. Angka itu naik 17,85 persen dibandingkan Januari 2019. Demikian mengutip laman BPS Jawa Timur, Selasa (18/2/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ekspor tersebut didukung dari ekspor nonmigas Januari 2020 mencapai USD 1,76 miliar atau naik 6,68 persen dibandingkan Desember 2019. Nilai itu dibandingkan Januari 2019 juga mengalami kenaikan 19,31 persen.
Sementara itu, ekspor migas Januari 2020 mencapai USD 33,93 juta atau merosot 52,40 persen dibandingkan Desember 2019. Nilai tersebut juga merosot 28,02 persen jika dibandingkan Januari 2019.
Golongan barang utama ekspor nonmigas Januari 2020 antara lain perhiasan atau permata sebesar USD 407,25 juta. Disusul oleh tembaga sebesar USD 124,57 juta serta kayu dan barang dari kayu sebesar USD 108,81 juta.
Negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Jawa Timur pada Januari 2020 yaitu Jepang mencapai USD 275,79 juta atau 15,63 persen. Kemudian disusul ekspor ke Amerika Serikat (AS) sebesar USD 220,12 juta atau dengan peranan 12,48 persen. Kemudian ke Tiongkok sebesar USD 211,51 juta atau 11,99 persen.
Ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN mencapai USD 373,82 juta atau berkontribusi 21,19 persen. Untuk ekspor, Singapura menjadi negara utama dengan peranan sebesar 9,02 persen dari total ekspor nonmigas Jawa Timur. Diikuti Malaysia sebesar 4,21 persen dan Vietnam sebesar 3,03 persen.
Ekspor nonmigas pada Januari 2020 ke Singapura sebesar USD 159,20 juta. Sedangkan ekspor nonmigas ke kelompok negara Uni Eropa bulan ini menyumbang 7,67 persen terhadap total nilai ekspor Jawa Timur. Ekspor ke kawasan ini didominasi oleh ekspor ke Belanda sebesar USD 36,75 juta dan diikuti ekspor ke Jerman sebesar USD 22,40 juta.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Impor Jawa Timur Merosot pada Januari 2020
Sementara itu, impor Jawa Timur pada Januari 2020 mencapai USD 2,02 miliar atau turun 1,08 persen dibandingkan Desember 2019. Angka ini lebih rendah 1,18 persen dibandingkan Januari 2019.
Impor nonmigas Januari 2020 mencapai USD 1,54 miliar atau turun 3,18 persen dibandingkan Desember 2019. Nilai impor nonmigas tersebut juga merosot 11,75 persen dibandingkan Januari 2019. Impor migas Januari 2020 sebesar USD 483,36 juta atau naik 6,27 persen dibandingkan Desember 2019.
Golongan barang utama impor nonmigas Januari 2020 adalah golongan mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar USD 255,30 juta. Disusul golongan ampas/sisa industri makanan sebesar USD 119,16 juta dan golongan besi dan baja sebesar USD 112,67 juta.
Adapun negara asal barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2020 adalah Tiongkok dengan nilai USD 497,93 juta atau 32,30 persen. Disusul Amerika Serikat sebesar USD 107,44 juta atau 6,97 persen. Kemudian Singapura sebesar USD 61,70 juta atau empat persen.
Impor nonmigas dari kelompok ASEAN mencapai USD 234,63 juta atau 15,22 persen. Untuk di kawasan ASEAN, Singapura menjadi negara utama dengan peranan sebesar empat persen dari total impor. Diikuti Malaysia dengan peranan sebesar 3,88 persen dan dari Thailand sebesar 3,49 persen.
Nilai impor nonmigas dari Singapura pada Januari sebesar USD 61,70 juta. Kemudian Malaysia sebesar USD 59,77 juta dan Thailand sebesar USD 53,77 juta. Sementara itu, impor nonmigas dari Uni Eropa mencapai USD 177,74 juta atau 11,53 persen.
Selama Januari 2020, impor nonnmigas terbesar masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD 497,93 juta atau turun 16,44 persen. Sedangkan bila dibandingkan Januari 2019, nilai impor nonmigas dari Tiongkok juga lebih rendah 10,67 persen
Impor Amerika Serikat naik 21,44 persen dibandingkan Desember 2019. Akan tetapi, jika dibandingkan Januari 2019 merosot 1,22 persen. Sedangkan nilai impor nonmigas dari kawasan ASEAN lebih rendah 1,96 persen dibandingkan bulan sama periode sebelumnya. Justru nilai impor nonmigas dari kawasan Uni Eropa naik 10,33 persen dibandingkan nilai impor pada Januari 2019.
Advertisement