Liputan6.com, Jakarta Perusahaan jasa minyak dan gas, PT Elnusa Tbk (ELSA) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1,4 triliun pada tahun ini. Dana capex naik cukup besar dibanding realisasi belanja modal tahun lalu Rp 705 miliar.
Nantinya pemanfaatan dana belanja modal untuk berbagai investasi yang mendukung pertumbuhan perusahaan. Salah satunya, fabrikasi hydraulic worker unit untuk jasa kerja ulang sumur.
Advertisement
"Di mana kami merupakan market leader jasa ini di Indonesia dan pembangunan infrastruktur bisnis hilir Pertamina," ujar Direktur Keuangan Elnusa Hery Setiawan di Jakarta, seperti dikutip Selasa (17/2/2020).
Kemudian dialokasikan untuk proyek besar yang detailnya belum bisa disampaikan karena masih proses. Serta, pembangunan terminal BBM (TBBM), depo elpiji hingga Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Labuan Bajo (NTT) dan Jambi. Adapula pembiayaan investasi di luar negeri meski tidak terlalu besar.
Dikatakan, perusahaan sedang menjajaki beberapa model sumber pendanaan untuk belanja modal ini, baik dari kas internal dan eksternal. Eksternal, salah satunya opsi penerbitan surat utang.
“Ini akan kami siapkan secara bertahap, skemanya bisa berupa penawaran umum berkelanjutan (PUB) dengan target pada akhir kuartal kedua di tahun ini,” lanjut dia.
Selain belanja modal, perusahaan pada tahun ini menargetkan pendapatan usaha Rp 9,1 triliun. Angka ini tumbuh di atas 8 persen dari 2019 sebesar Rp 8,4 triliun.
Sedangkan untuk laba bersih ditargetkan mencapai di atas Rp 400 miliar atau naik dari 2019 sebesar Rp 356 miliar.
Elnusa Kantongi Laba Rp 356,4 Miliar di 2019
Perusahaan jasa minyak dan gas, PT Elnusa Tbk (ELSA) membukukan pendapatan Rp 8,4 triliun pada 2019, naik sebesar 27 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 6,6 triliun. Dengan perolehan laba bersih naik 29 persen menjadi Rp 356,47 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp 276,31 miliar.
Pendapatan usaha dikontribusikan melalui segmen jasa distribusi dan logistik energi sebesar 49 persen, jasa hulu migas 46 persen dan jasa penunjang 5 persen. Jasa hulu migas tercatat tumbuh 45 persen dari sebelumnya Rp 2,6 triliun pada 2018 menjadi Rp 3,8 triliun di 2019.
Direktur Keuangan Elnusa Hery Setiawan menjelaskan, kinerja keuangan dipengaruhi beberapa faktor. Mulai dari harga minyak dan peralihan blok terminasi ke Pertamina. Turunnya harga minyak menyebabkan permintaan diskon besar harga jasa migas Elnusa.
Sebaliknya peningkatan harga minyak tidak secara langsung meningkatkan harga jasa migas Elnusa, namun menggairahkan aktivitas eksplorasi migas.
Sementara itu, peralihan Blok Termonasi ke Pertamina dan gairah aktivitas eksplorasi migas memberikan peluang positif ke Elnusa.
"Berbagai peluang positif ini yang kemudian kami raih sebaik mungkin. Melalui strategi diversifikasi portofolio dan kompetensi jasa migas yang lengkap, hulu hingga hilir. Kami memastikan untuk tumbuh," jelas dia, seperti dikutip Selasa (18/2/2020).
Hery melanjutkan, rasio profitabilitas masih perlu beradaptasi terhadap berbagal faktor eksternal. Marjin laba kotor 2019 konsolidasi tercapai 10,3 persen, marjin laba bersih naik menjadi 4 persen 4,3 persen dari sebelumnya 4,2 persen (yoy).
Advertisement