Produksi Minyak Ditargetkan Capai 1 Juta Barel di 2030

Target 1 juta barel per hari pada 2030 harus disertai dengan efisiensi signifikan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Feb 2020, 11:00 WIB
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto secara resmi membuka layanan One Door Service Policy (ODSP) untuk merealisasikan target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) pada 2030. (Liputan6.com/Maulandy Rizky Bayu Kencana)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) melakukan berbagai inovasi, untuk memastikan proyek hulu migas dapat selesai sesuai jadwal dan meningkatkan efisiensi produksi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, SKK Migas dan KKKS telah menerapkan standardisasi klasifikasi-Kodifikasi material persediaan KKKS, untuk menunjang pelaksanaan transformasi, dengan salah satu targetnya semakin efisiennya biaya proyek dan operasional, agar memberikan kontribusi yang lebih optimal bagi negara.

“Optimalisasi Manajemen Inventori yang memiliki bobot 5 persen (setara dengan Reserve Replacement Ratio)," kata Dwi, di Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Kerja keras SKK Migas dan KKKS untuk merealisasikan visi bersama 1 juta barel per hari pada 2030 harus disertai dengan efisiensi signifikan. Upaya pencapaian target 1 juta barel per hari akan disertai dengan semakin masifnya Pembangunan proyek hulu migas.

Melalui standarisasi material yang dilakukan KKKS, maka setiap KKKS dapat berbagi material jika salah satu membutuhkan dan tidak menunggu selesainya tender engadaan serta pengiriman material dari vendor.

"Saat ini Material Persediaan KKKS Produksi (87 KKKS) mencapai USD 1,6 miliar US$ dan 30 persen diantaranya berstatus surplus dan deadstock. Melalui kegiatan standarisasi dan pada akhirnya dapat disusun Inventory bersama, maka akan ada penghematan biaya yang signifikan dan berdampak positif bagi upaya memaksimalkan pemasukan negara," paparnya.

Pada tahap awal kegiatan standardisasi klasifikasi material persediaan, SKK Migas bersama dengan KKKS telah melakukan evaluasi terhadap sejumlah standar kodifikasi yang tersedia di pasaran, sampai dengan akhirnya diputuskan untuk melakukan pembangunan standard kodifikasi dan klasifikasi material persediaan secara mandiri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Anggota DPR Ragukan Target Lifting Migas 1 Juta Barel di 2025

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pemerintah menargetkan produksi lifting migas mencapai 1 juta barel per hari pada 2025. Target tersebut maju dari rencana awal pada 2030.

Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Gerindra, Kardaya Warnika mengaku ragu dengan target tersebut. Dengan alasan, perusahaan yang melakukan lifting migas seperti Pertamina EP saja tidak capai target pendapatan dan laba tahun lalu.

"Ini bukannya kami nggak percaya, cuma mengingatkan, realistis nggak? Mau 1 juta barel per hari, 2030 saja kami sudah pesimis, apalagi 2025. Ini harus disinkronkan," ujar dia saat rapat Komisi VII bersama petinggi Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi, Selasa (4/2/2020).

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf memaparkan kinerja perusahaan tahun 2019. Pendapatan dan laba yang diperoleh melesat dari prediksi, pun capaian lifting yang tidak menyentuh target APBN.

"Target kami 2019 bisa raup USD 3,8 miliar, realisasi kami sebesar USD 3,5 miliar. Kemudian target laba 2019 USD 639 juta, realisasinya USD 758 juta," ujar Nanang.

Sedangkan untuk Pertamina Hulu Energi justru kebalikannya. Perusahaan mencatatkan kinerja positif di mana selama operasional dari 2015 hingga 2019, pertumbuhan laba naik 27 persen.

"Pada 2019 kami mencatatkan laba USD 537 juta, naik 6 persen dari tahun sebelumnya sebesar USD 477 juta," ujar Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Meidawati. 


Cadangan Minyak Pertamina EP Tinggal 9,7 Tahun Lagi

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menyatakan, cadangan minyak dan gas perusahaan yang dikelolanya saat ini tidak dapat mencukupi produksi di atas 10 tahun. Jika perusahaan tidak segera menemukan sumur baru untuk digali, maka produksi terancam tidak dapat dilakukan.

Hal tersebut disampaikan Nanang dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Selasa (04/02/2020).

"Cadangan minyak tinggal 9,7 tahun lagi, sedangkan cadangan gas tinggal 7,8 tahun. Artinya betul, kita harus melakukan eksplorasi lagi," papar Nanang.

Oleh sebab itu, Nanang berharap adanya diskusi lebih lanjut dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam hal eksplorasi sumur galian agar produksi perusahaan dapat terus dilakukan. Tahun ini, Pertamina EP menargetkan akan menggali 12 sumur.

Tidak hanya itu, perusahaan juga harus menemukan cadangan minyak dan gas dengan melakukan survey seismik dan menggunakan teknologi yang ada di sekitar sumur saat ini.

Sementara, Pertamina EP hingga saat ini berhasil melakukan lifting 82 ribu barel per hari. Jumlah tersebut tidak mencapai target APBN 2019 yang mengharuskan perusahaan melakukan lifting 85 ribu barel per hari.

"Produksi lifting Pertamina EP capai 82 ribu per day," ujar Nanang.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya