Liputan6.com, Kuningan - Puluhan mahasiswa dari Lembaga Pers Mahasiswa dan Pemuda Lintas Iman bergabung mengikuti acara Jurnalisme Keberagaman dan Pemuda Lintas Iman di Kuningan Jawa Barat pada 14 -16 Feb 2020.
Selama tiga hari mereka tinggal di rumah anggota Komunitas Muslim Ahmadiyah, Sunda Wiwitan, Gereja Katolik dan Kristen untuk melihat fakta keberagaman di Indonesia, dan merasakan hidup bersama dalam perbedaan.
Baca Juga
Advertisement
Yendra Budiana, penanggung jawab acara menuturkan, kegiatan itu digelar berawal dari keprihatinan hasil riset beberapa lembaga tentang menguatnya intoleransi di kalangan mahasiswa, akibat minimnya pengetahuan mahasiswa atas isu agama. Sehingga mereka mudah sekali terpapar hoaks dan opini publik.
Lebih lanjut Yendra menjelaskan, tujuan acara untuk menciptakan ruang perjumpaan di kalangan milenial dari kelompok yang berbeda, mengecek fakta atas opini publik dan menumbuhkan sikap saling menghargai.
Misalnya di komunitas Ahmadiyah mereka mengecek fakta apakah benar pengikut Ahmadiyah eksklusif? Betulkah kitab sucinya Tadzkirah, seperti yang sering dituduhkan? Apakah rukun Islam dan ibadah mereka sama seperti kelompok Islam lainnya?
Peserta lalu diajak melihat dari dekat fakta kehidupan kelompok termarjinalkan tersebut, yang seringkali hak-hak warga negaranya dalam beribadah, mendirikan rumah ibadah, dan layanan publik seperti mendapatkan KTP atau catatan pernikahan tidak dipenuhi pemerintah.
Peserta juga berdialog langsung dengan anggota komunitas untuk mendapatkan gambaran hubungan, peran, dan kontribusi komunitas-komunitas agama tersebut bagi lingkungan sekitarnya.
Ketua Pelaksana acara Aan menuturkan, acara tersebut digelar atas inisiasi BPT JAI bidang media berkolaborasi dengan tiga lembaga Pers "Aspirasi" Universitas Veteran Pembangunan Jakarta, Pers Mahasiswa "Didaktika" Universitas Negeri Jakarta, Pers Mahasiswa " Gema Alpas" Universitas Pancasila Jakarta, dengan pelaksana acara Asosiasi Mahasiswa/ Mahasiswi Ahmadi ( AMSA/AMSAW) wilayah DKI.
Setelah observasi para peserta diberikan pelatihan jurnalistik isu keberagaman oleh praktisi media dan diwajibkan membuat tulisan baik untuk media kampus, media sosial maupun media umum.
Yendra berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan cara pandang kesetaraan dan keadilan di kalangan milenial pada semua kelompok, sebagai investasi bagi masa depan Indonesia yang harmonis. Keberagaman hidup adalah fakta, berbeda adalah hal biasa.