Hentikan Tambang Terbuka, Produksi Freeport Anjlok hingga 50 Persen

Freeport Indonesia sedang dalam masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Feb 2020, 13:55 WIB
Tambang PT Freeport Indonesia di Papua. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia menghentikan Kegiatan produksi di tambang terbuka. Hal ini dilakukan karena cadangan yang ada di tambang terbuka telah habis.

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RPDU) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (19/02/2020).

"Proses penambangan terbuka sudah selesai 2019 akhir lalu tidak lagi penambangan karena penambangan bawah tanah kami yang sedang kami kembangkan di bawah persis open pet mine." paparnya.

Tony Wenas juga menambahkan, agar tambang bawah tanah tersebut bisa dibangun sepenuhnya, maka kegiatan di atasnya memang harus dihentikan.

Saat ini, Freeport Indonesia sedang dalam masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah. Tony memperkirakan, produksi tembaga yang dihasilkan akan berkurang drastis hingga 50 persen pada tahun 2019 dan 2020.

"2019 dan 2020 adalah penurunan drastis, sekitar 50 persen dari kapasitas normal. Harapannya pada 2021 bisa meningkat 75-80 persen. 2022 sampai 100 persen normal atau 220 ribu ton per hari." terangnya di ruang sidang Komisi VII DPR RI.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kementerian BUMN Tunjuk Putra Papua Claus Wamafma Jadi Direktur Freeport

Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Sebelumnya, Kementerian BUMN menunjuk Claus Wamafma menjadi direktur PT Freeport Indonesia (PTFI). Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga menyatakan, Claus menjadi putra Papua pertama yang turut menjadi bos perusahaan tambang tersebut.

Adapun, penunjukkan Claus sebagai direktur dilakukan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Freeport Indonesia di Kementerian BUMN pada 7 Februari 2020. Memang, ada kekosongan kursi di tubuh Freeport sejak ditinggalkan oleh sejumlah direksi dan komisaris.

"Claus ini dia putra Papua yang sudah berkarier di Freeport selama 20 tahun," ujar Arya saat ditemui di Kementerian BUMN, pada Senin 17 Februari 2020. 

Sebelumnya, Claus pernah menjabat sebagai Senior Vice President (SVP) di PT Freeport Indonesia, membawahi CSR (Corporate Social Responsibility), partnership fund serta community development. Menurut Arya, tentunya ini hal yang sangat membanggakan.

"Dia sebelumnya SVP, membawahi CSR, partnership fund dan community development. Dia putra Papua asli, berkarier dari bawah. Ini baru pertama," lanjut Arya.

Lebih lanjut, Arya menyatakan dari 7.096 pegawai di Freeport, 2.890nya ialah orang Papua, atau sekitar 40,7 persen.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya