Liputan6.com, Jakarta - Proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Freeport di kawasan JIIPE Gresik sempat alami kendala. Pasalnya, Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sudah terbit sejak 2018 lalu, namun baru 4,8 persen yang terealisasi.
Presiden Direktur Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RPDU) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (19/02/2020), mengatakan bahwa sempat ada kendala terkait lahan.
"Lahannya sedikit bermasalah karena dari kawasan industri. Tapi sekarang semuanya sudah beres." jelasnya.
Baca Juga
Advertisement
Tony Webas juga menjelaskan sudah ada sosialisasi dari PTFI dan pihak JIIPE sendiri terkait tenaga kerja yang akan diserap nantinya.
"Kita akan utamankan tenaga kerja setempat dari kecamatan Manyar, kabupaten Gresik, baru meluas ke luar Gresik." tandasnya.
Untuk informasi, proyek smelter Freeport dengan nilai investasi sebesar USD 3 miliar yang ditargetkan dapat beroperasi pada 2020 ini, nantinya menggunakan teknologi autotech.
Untuk pemurnian lumpur anoda hydro, kapasitasnya 2 juta dan outputnya 500-600 ribu ton katoda tembaga. Lumpur anoda dengan output 40 ton emas per tahun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Freeport Kucurkan Rp 1,46 Triliun Bangun Smelter di Gresik
PT Freeport Indonesia (PTFI) menegaskan bahwa pembangunan smelter atau fasilitas pengolahan dan pemurnian konsentrat di Gresik, Jawa Timur sedang berjalan. Perusahaan telah menggelontorkan USD 103 juta untuk membangun smelter tersebut.
Executive Vice President Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan perusahaan telah mengucurkan USD 103 juta untuk pembangunan smelter tersebut hingga April 2018. Dengan asumsi kurs Rp 14.205 per dolar AS (JISDOR), maka nilai investasi tersebut sekitar Rp 1,46 triliun.
"Realisasi biaya aktual hingga April 2018 kira-kira USD 103 juta," ungkap Tony di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Dia menjelaskan, saat ini proses pembangun smelter di Gresik antara lain, telah dilakukan proses studi kelayakan (feasibility study/FS), penyelesaian perijinan lingkungan dan penguasaan lahan.
"Telah menyelesaikan dengan teknologi proses Mitsubishi dan telah menyelesaikan penimbunan lahan dan ground improvement engineering," jelas Tony.
Untuk diketahui, smelter yang dibangun Freeport Indonesia di Gresik memiliki kapasitas input smelter sekitar 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Total investasi untuk pembangunan smelter tersebut sekitar USD 2,59 miliar.
Reporter : Wilfridus Setu Embu
Sumber : Merdeka.com
Advertisement
Freeport Ekspor 305 Ribu Ton Konsentrat Tembaga RI ke 6 Negara
Freeport Indonesia telah mengekspor 305 ribu ton mineral olahan tembaga (konsentrat tembaga) ke enam negara sampai April 2017. Ekspor konsentrat dilakukan setelah pemerintah memberikan rekomendasi.
Executive Vice President Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, Freeport Indonesia telah mendapat kuota ekspor konsentrat tembaga dari pemerintah Indonesia sebesar 1,25 juta ton sampai 15 Februari 2019. Konsentrat tembaga tersebut merupakan hasil produksi dari tambang di Papua.
"Freeport Indonesia mendapat kuota ekspor konsentrat mencapai 1,25 juta ton," kata Tony saat rapat dengan Komisi VII DPR, Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Tony melanjutkan, untuk realisasi ekspor konsentrat tembaga dari 19 Februari 2018 sampai April 2018, Freeport telah mengekspor konsentrat tembaga sebanyak 305,9 ribu ton. Konsentrat tembaga tersebut diekspor ke enam negara.
"Sampai April 2018, konsentrat tembaga yang dieskpor mencapai 305,9 ribu ton," ujarnya.
Adapun enam negara yang mendapat pasokan konsentrat tembaga dari perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) tersebut adalah Korea Selatan dengan total 44 ribu ton, Jepang 104 ribu ton, India 36.400 ton. Selanjutnya ke China mendapat pasokan konsentrat tembaga sebanyak 88 ribu ton, Spanyol 22 ribu ton, dan Bulgaria sebanyak 11 ribu ton.