Kepala BKKBN Ungkap Alasan Sulitnya Membuat Alat Kontrasepsi Buat Pria

Jumlah alat kontrasepsi lebih sedikit ketimbang wanita, karena ini alasannya

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 19 Feb 2020, 23:59 WIB
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo saat memberikan kuliah umum di Politeknik Kesehatan Pontianak, Jurusan Keperawatan Singkawang, Kalimantan Barat pada Senin (16/2/2020)

Liputan6.com, Singkawang - Menyiapkan generasi yang unggul tidak dimulai di 1.000 hari pertama kehidupan, tapi semenjak belum menikah.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, 75 hari sebelum menikah, seorang pria sudah harus mengonsumsi zink agar sperma yang dihasilkan bagus.

Sementara kaum hawa, harus mengonsumsi asam folat setidaknya selama tiga bulan guna menghasilkan sel telur yang berkualitas.

"Kalau kamu minum asam folat dalam siklus tiga bulan, sel telurnya bagus," kata Hasto Wardoyo saat memberikan kuliah umum di Politeknik Kesehatan Pontiana, Jurusan Keperawatan Singkawang, Singkawang, Kalimantan Barat, Senin, 16 Februari 2020.

 


Wanita Menghasilkan Satu Sel Telur

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dan Bupati Singkawang Tjhai Chui Mie berfoto bersama mahasiswi dan mahasiswa Politeknik Kesehatan Pontianak, Jurusan Keperawatan Singkawang, Kalimantan Barat pada Senin (16/2/2020)

Menurut Hasto, wanita hanya menghasilkan satu telur dalam sebulan, sedangkan pria mampu menghasilkan jutaan sperma. Ini mengapa susahnya memberikan pria alat kontrasepsi, karena harus mencegah setidaknya 20 juta sperma.

"Kan ada obat dari tiongkok yang di-create untuk membunuh sperma. Ternyata diterapkan di Tiongkok sebagai pil KB laki-laki, sukses. Begitu diminumkan ke orang Indonesia, spermanya tetap hidup. Ternyata sperma orang Indonesia lebih hebat ketimbang sperma dari luar negeri," Hasto bercerita.

Itu juga mengapa alat kontrasepsi untuk pria lebih sedikit ketimbang wanita. Sebab, yang harus dibunuh ada puluhan juta, sementara kalau sel telur hanya satu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya