Perang Turki Vs Suriah di Ambang Mata

Pasukan Turki tak lama lagi akan berhadapan langsung dengan pasukan Suriah yang didukung Rusia, setelah negosiasi dengan Rusia menemui kegagalan.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2020, 13:12 WIB
Sejumlah warga Kurdi melemparkan batu ke kendaraan militer Turki di dekat kota Al-Muabbadah, bagian timur laut Hassakah, Suriah (8/11/2019). Aksi dilakukan memprotes terhadap serangan militer yang dilancarkan Turki. (AFP/Delil Souleiman)

Liputan6.com, Jakarta Pasukan Turki telah membanjiri wilayah Idlib, Suriah. Bahkan masih banyak tentara Turki yang sedang menuju ke daerah perbatasan untuk memukul mundur serangan pasukan pemerintah Suriah terhadap pemberontak di barat laut negara itu yang hanya tinggal menunggu waktu.

Pasukan Turki tak lama lagi akan berhadapan langsung dengan pasukan Suriah yang didukung Rusia, setelah negosiasi dengan Rusia menemui kegagalan, ujar Presiden Tayyip Erdogan.

Pihak Kremlin mengatakan, bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah akan menjadi "skenario terburuk" dan Rusia akan berusaha untuk mencegah situasi semakin buruk.

Pasukan Suriah yang didukung pesawat tempur dan pasukan khusus Rusia telah bertempur sejak Desember untuk membasmi para pemberontak di benteng terakhir mereka yang berada di provinsi Idlib dan Aleppo.

Operasi militer yang dilakukan pasukan Suriah itu bisa menjadi salah satu episode terakhir perang saudara tersebut, yang sudah berlangsung selama sembilan tahun. Sudah hampir satu juta warga sipil mengungsikan diri dari serangan udara dan serangan artileri ke arah perbatasan. Keadaan itu membuat badan-badan bantuan internasional kewalahan menangani krisis kemanusiaan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Peringatan Terakhir Erdogan

Kendaraan militer Turki melaju menuju perbatasan Suriah dekat Akcakale di Provinsi Sanliurfa, Turki, Rabu (9/10/2019). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menamakan tindakan militer ini sebagai 'Operation Peace Spring'. (BULENT KILIC/AFP)

Turki, yang telah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah, mengatakan tidak dapat menangani lebih banyak lagi pengungsi.

Ketika berbicara kepada anggota parlemen dari Partai AK yang berkuasa pada Rabu 19 Februari, Erdogan mengatakan Turki bertekad menjadikan Idlib sebagai zona aman. Perundingan dengan Rusia akan dilanjutkan. Sejauh ini, beberapa putaran perundingan diplomatik gagal mencapai kesepakatan, katanya, seperti dilansir Antara, Kamis (20/2/2020).

"Kami memasuki hari-hari terakhir bagi rezim untuk menghentikan permusuhannya di Idlib. Kami membuat peringatan terakhir," kata Erdogan, yang negaranya memiliki jumlah tentara terbesar kedua di NATO.

"Turki telah melakukan persiapan untuk melaksanakan rencana operasi militer sendiri. Saya katakan bahwa kita dapat datang kapan saja. Dengan kata lain, serangan Idlib hanya masalah waktu."

 


Pasukan Turki

Sejumlah warga Kurdi melemparkan batu ke kendaraan militer Turki di dekat kota Al-Muabbadah, bagian timur laut Hassakah, Suriah (8/11/2019). Aksi dilakukan memprotes terhadap serangan militer yang dilancarkan Turki. (AFP/Delil Souleiman)

Sumber militer oposisi mengatakan bahwa 15.000 tentara Turki sekarang berada di Suriah barat laut setelah sejumlah konvoi militer mengalir ke wilayah itu dalam beberapa hari terakhir.

"Anda tidak dapat membayangkan skala bala bantuan Turki, setengah dari Reyhanli sekarang penuh dengan pasukan Turki yang siap memasuki Suriah," katanya, merujuk pada kota perbatasan Turki. "Mereka menyiapkan pasukan mereka, operasi militer dapat dimulai kapan saja."

Ankara dan Moskow menandatangani perjanjian pada 2018 untuk membangun zona penurunan ketegangan di Idlib yang memungkinkan kedua belah pihak mendirikan pos-pos pengamatan.

Pada Rabu 19 Februari, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pasukan Suriah mendukung perjanjian sebelumnya tetapi juga bereaksi terhadap provokasi.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan "Jika kita berbicara tentang operasi melawan otoritas Suriah dan angkatan bersenjata yang sah, tentu saja ini merupakan skenario terburuk."

 


Ankara Murka

Dua wanita Kurdi melemparkan batu ke kendaraan militer Turki di dekat kota Al-Muabbadah, bagian timur laut Hassakah, Suriah (8/11/2019). Pelemparan batu terjadi saat militer Turki melakukan konvoi dengan militer Rusia. (AFP/Delil Souleiman)

Dalam sepekan terakhir, tentara Suriah telah menguasai puluhan kota di sekitar Aleppo dan jalan raya M5 yang menghubungkan Damaskus dengan Aleppo.

Tidak jelas kapan Ankara dan Moskow akan melanjutkan pembicaraan. Ankara merupakan Ibu Kota Turki dan Moskow adalah Ibu Kota Rusia.

Jenderal pertahanan militer Suriah Ahmad Rahhal mengatakan pembicaraan di Moskow pada Senin "menghina Turki" dan membuat Ankara murka.

"Rusia telah melakukan kesalahan," katanya. "Kami sedang mengarah untuk melancarkan operasi militer Turki di Suriah tetapi tidak ada yang tahu kapan dilaksanakan ... Ini mungkin dimulai secara bertahap."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya