Dampak Virus Corona, Indonesia Bakal Kehilangan Pendapatan Rp 185 Triliun

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi dampak virus corona masih berlangsung sampai bulan Maret mendatang

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2020, 19:57 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi dampak virus corona masih berlangsung sampai bulan Maret mendatang. Dampak terbesar ini akan terasa di sepanjang kuartal pertama tahun 2020.

"Kami prediksikan 2 bulan," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (20/2).

Perry menjelaskan, wabah virus corona muncul di akhir bulan Januari. Sampai akhir bulan ini anti virus corona belum bisa ditemukan.

Jika virus ini menemukan obatnya pada bulan Maret, maka butuh waktu 6 bulan untuk mengembalikan kondisi seperti semula. Semisal di sektor pariwisata yang terkena imbasnya secara langsung.

Jika skenario ini berlangsung selama 2 bulan, diperkirakan Indonesia kehilangan pendapatan mencapai USD 13,5 miliar atau setara Rp 185 triliun.

"Total USD 1,35 miliar itu tadi skenario kalau 2 bulan tutup," ujar Perry.

Saat berbagai infrastruktur pariwisata seperti penerbangan dari dan ke China kembali beroperasi, dibutuhkan waktu 6 bulan untuk kembali seperti semula. Sebab, kata Perry, wisman tidak akan langsung menyerbu pariwisata di Indonesia.

"Mereka akan perlahan naik, kemudian normal kembali sampai 6 bulan," kata orang nomor satu di Bank Indonesia itu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Wisman Berbagai Negara

Dua turis berjemur di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Wisman yang datang pun tak mesti dari China. Kondisi ini berlaku untuk turis dari berbagai negara. Mereka baru akan kembali setelah memastikan tidak ada lagi ancaman virus corona.

Sementara itu di sektor ekspor-impor juga ikut terganggu akibat virus corona. Perry telah menerima laporan dari para pengusaha impor - ekspor.

Mereka mengakui ada gangguan distribusi logistik. Hanya saja, perusahaan yang mengimpor bahan baku masih memiliki persediaan barang. Sehingga proses produksi masih bisa berlangsung dan tidak terganggu.

Selain itu, komunikasi di dunia usaha juga dilaporkan mengalami gangguan. Beberapa jalur pelabuhan juga masih ada penutupan. Sejumlah perusahaan di China juga sebagai masih tutup.

"Gangguan distribusi cukup menghambat," kata Perry.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya