Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Chandra Dwiputra menyebut ada perbedaan pendapat antara kontraktor China dan Kominfo, perihal frekuensi radio yang akan di pakai untuk mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Belum ada satu bahasa, masalah frekuensi radio yang mau dipakai, dulu masih ada 5G," tegas dia sesuai mengikuti rapat di Gedung Kemaritiman, Jakarta, Jumat, (21/2).
Permasalahan ini di picu pernyataan pihak kontraktor China, yang mengklaim jaringan frekuensi radio yang saat ini digunakan kereta cepat dinegarannya masih GSM. Sedangkan pihak Kominfo menilai untum saat ini jaringan 5G sudah bisa diterapkan.
Baca Juga
Advertisement
"Menurut China di sana pun baru GSM, tapi menurut kominfo sudah ada yang bisa dipake," papar dia.
Terkait target pengoprasian kereta cepat Jakarta-Bandung yang di patok selesai pada 2021, dia belum memberi keterangan pasti, karena masih berfokus pada pengerjaaan konstruksi.
"Kita maksimalkan konstruksinya dulu jadi di 2021. Setelah itu sertifikasi. Nah, yang kita belum tahu pastinya," pungkas dia.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dampak Virus Corona, Ratusan Pekerja Proyek Kereta Cepat Diliburkan
Direktur PT KCIC Chandra Dwiputra, mengatakan ada 300-an karyawannya yang saat ini tertahan di China akibat penutupan sementara penerbangan ke Indonesia. Mereka kembali ke China dalam rangka merayakan Imlek bersama keluarga.
"Kan di sana Imlek, lagi Lebaran," kata Chandra di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Jakarta, Jumat (30/1/2020).
Sejumlah karyawan yang tertahan di China bekerja dari berbagai level. Mulai dari manajemen, supervisor, hingga pekerja teknisi.
Sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah China, mereka dilarang kembali ke Indonesia sampai 9 Februari mendatang. Dia pun enggan mengambil resiko, sehingga 300 karyawannya terpaksa diliburkan.
"Saya enggak mau bawa penyakit kalau dibawa kesini," kata Chandra.
Dari 12 ribu pegawai KCIC, 2000 diantaranya merupakan tenaga kerja asal China. Akibat kasus virus corona ini, dia terpaksa harus mengganti dengan tenaga kerja lokal.
"Memang ada pengaruh tapi kita coba penuhi dari terjaga kerja lokal," imbuh Chandra.
Advertisement
Belum Ada Kejelasan
Dia melanjutkan, entah sampai kapan dia harus meliburkan para karyawannya. Sebab hingga kini masih belum ada kejelasan tentang dari pemerintah China tentang status virus Corona.
"Apalagi kan Pak Jokowi bilang semua WNI yang di China suruh pulang. Artinya belum ada kejelasan," kata Chandra.
Untuk langkah selanjutnya, dia akan menunggu keputusan pemerintah China dan Indonesia. Dia tak mau meminta karyawannya segera kembali di saat yang masih belum pasti. "Kalau kita bawa kesini wah ngeri lah. Saya berarti bawa penyakit ke sini, saya enggak mau berkontribusi," tandasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com