Imbas Corona, Industri Penerbangan Global Rugi hingga Rp 401 Triliun

Virus corona sebabkan industri penerbangan global alami kerugian terbesar selama satu dekade terakhir.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi pesawat (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan global menghadapi kerugian yang besar dan anjlokan finansial pertamanya dalam lebih dari satu dekade terakhir karena wabah virus corona.

Melansir CNN, International Air Transport Authority (IATA) memperingatkan pada hari Kamis bahwa dampak virus pada permintaan penerbangan sebabkan kerugian USD 29 miliar atau sekitar Rp 401 triliun, dengan penerbangan Asia yang menanggung beban kerugian paling banyak.

Wabah virus coronajuga mungkin akan mengurangi lalu lintas global sebesar 4,7 persen, melanjutkan perkiraan IATA sebelumnya untuk pertumbuhan dan menandai penurunan secara keseluruhan pertama dalam permintaan penerbangan sejak krisis keuangan global 2008-2009.

Sebagai langkah tanggap, puluhan maskapai penerbangan telah membatalkan atau mengurangi layanan penerbangan dari dan ke China.

Beijing juga telah menempatkan lebih dari 780 juta orang di bawah pembatasan perjalanan dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus corona, dan ditangguhkan Semua paket wisata domestik dan internasional.

Perkiraan IATA mengasumsikan bahwa puncaknya sebagian besar masih ada di China.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jumlah Korban Corona

Singapore Airlines (dok. Singapore Airlines/Dinny Mutiah)

Qantas Airlines (QABSY) mengatakan bahwa virus dapat mengukir sampai dengan USD 100 juta atau Rp 1,3 triliun dari pra-pajak keuntungan dari paruh kedua tahun fiskal perusahaan.

Air France-KLM (AFLYY) juga mengatakan pada hari Kamis bahwa virus corona diprediksi dapat memangkas pendapatannya sebanyak  USD 216 juta atau Rp 2,9 triliun antara Februari dan April.

Virus corona telah menewaskan lebih dari 2.200 orang di seluruh dunia, dengan jumlah 11 orang yang tewas di luar daratan China. Jumlah total yang terinfeksi di seluruh dunia adalah di atas 76.000 jiwa.

 

Reporter : Danar Jatikusumo

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya