Nadiem Targetkan Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Pengantar ASEAN

Mimpi Mendikbud Nadiem Makrim jadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar Asia Tenggara sangat didukung oleh Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Feb 2020, 20:36 WIB
Kepala Badan Bahasa Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum, saat menghadiri acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional Tahun 2020 di Kantor Kemendikbud, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (21/2/2020).

Liputan6.com, Jakarta - Mimpi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di kawasan Asia Tenggara, disambut baik Kepala Badan Bahasa Prof Dr Dadang Sunendar. 

Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim telah menyampaikan rencana tersebut dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI pada Kamis, 20 Februari 2020.

"Kami menyambut sangat baik apa yang disampaikan Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat raker bersama DPR RI. Karena itu artinya Beliau sangat memberikan perhatian kepada kemajuan dan pengembangan bahasa Indonesia. Bukan hanya di Tanah Air, tapi juga dalam hal internasionalisasi bahasa negara ini," ungkap Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar saat menghadiri acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional Tahun 2020 di Kantor Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (21/2/2020).

Menurut Dadang, keinginan Mendikbud sudah sesuai dengan amanat Undang-Undang No 24 Tahun 2009. Bahwa, Indonesia harus punya cita-cita sebagai bahasa internasional secara bertahap dan berkelanjutan. Salah satunya di Asia Tenggara atau ASEAN.

Dadang pun menjelaskan, bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sangat diperhitungkan di wilayah ASEAN karena sepertiga penduduk ASEAN adalah warga Indonesia.

Lalu, berbicara apakah mimpi Mendikbud bisa terwujud? Dadang berpendapat Indonesia sudah memenuhi sebagian besar persyaratan itu.

"Kita sebetulnya sudah memenuhi sebagian besar persyaratan itu," tambahnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Indonesia Sudah Memenuhi 4 Syarat

Ada empat syarat yang, menurut Sunendar, sudah dipenuhi Indonesia untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar ASEAN. 

Pertama, penutur bahasa Indonesia sudah banyak. Dadang menyebut angkanya melebihi 300 juta penutur. Penutur tersebut bukan hanya di Indonesia, tapi di negara lain. Dengan catatan ada yang dialeknya berbeda. 

Kedua, bahasa Indonesia tidak hanya digunakan di satu negara saja. Negara lain pun menggunakan bahasa Indonesia. Sebut saja seperti Timor Leste, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam,Thailand Selatan, dan Filipina Selatan.

"Belum lagi diaspora kita yang ada di mana-mana di seluruh dunia," ucap Dadang. 

Ketiga, bahasa Indonesia masuk dalam kategori bahasa yang mudah dipelajari oleh orang asing. Artinya, bahasa Indonesia akan mampu menjadi bahasa ilmu pengetahuan bagi siapa saja.

Dadang pun menegaskan bahwa masuknya Indonesia dalam G2O besar perekonomian Indonesia akan membuat banyak negara di dunia melirik ke Indonesia.

"Syaratnya Indonesia secara politik, sosial, ekonomi, harus tahu. Alhamdulilah puluhan tahun, politik kita, situasi kita, stabil. Ekonomi juga relatif stabil, bahkan Indonesia beberapa tahun yang lalu sudah masuk G 20 besar perekonomian dunia. Artinya seluruh dunia harus melirik Indonesia dan salah satu syarat masuk ke Indonesia ya kuasai Bahasa Indonesia. Sudah itu," pungkas Dadang.

Namun, ada satu catatan yang ditekankan Dadang yang belum bisa terpenuhi. Yaitu sikap masyarakat Indonesia sendiri terhadap bahasa Indonesia yang belum bangga dan menghormati. Banyak masyarakat Indonesia yang menurutnya hanya menganggap bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi saja.


Pengiriman BIPA ke 29 Negara

Dadang menambahkan faktor lain yang mendukung impian besar dari Mendikbud Nadiem Makarim.  Dalam tiga tahun terakhir, Badan Bahasa telah memberikan prioritas pengiriman pengajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) ke wilayah ASEAN, didukung pula Indonesia masuk dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

 "Seingat saya angkanya 793 penugasan ke 29 negara. Memang ada negara yang dikirimi pengajar BIPA berulang-ulang. Seperti di ASEAN ada yang setiap tahun minta dikirimin terus," ungkapnya. 

Selain itu, strategi lainnya adalah menyusun bahan ajar BIPA yang dikirimkan ke semua perwakilan Indonesia di luar negeri sedunia.

"Baik itu cetak maupun daring, dikirimkan ke semua perwakilan Indonesia di luar negeri se-dunia. Dikirimkan ke para duta besar, kemudian ke negara-negara yang memiliki atase pendidikan dan kebudayaan. Kita memiliki 17 atribut di bawah Kemendikbud dan Kemenlu. Kita bekerja sama dengan mereka dalam Internasionalisasi Bahasa Indonesia," jelas Kepada Badan Bahasa ini.  

 

(Okti Nur Alifia)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya