Cerita Akhir Pekan: Keluarga sebagai Cinta Pertama

Keluarga memiliki makna sangat penting dalam kehidupan seseorang. Keluarga jadi cinta pertama agar kehidupan keluarga berjalan harmonis.

oleh Komarudin diperbarui 22 Feb 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi liburan bersama keluarga. (dok. JillWellington/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - "Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga."

Lirik lagu dalam film dan serial Keluarga Cemara itu memang tak berlebihan. Keluarga mempunyai makna penting dalam kehidupan seseorang. Keluarga bisa menjadi cinta pertama bagi seseorang.

Menurut psikolog Sri Juwita Kusumawardhani, makna penting keluarga adalah menyediakan pengalaman emosional yang paling memuaskan dan terdalam pada seseorang, seperti cinta, kelekatan, saling memiliki, kesetiaan, dan kebahagiaan.

"Selain itu, mendukung dan menguatkan satu sama lain ketika keluarga menghadapi krisis," ujar psikolog dari Tiga Generasi ketika dihubungi Liputan6.com, Jumat, 21 Februari 2020.

Untuk menumbuhkan cinta dan agar rasa cinta tetap bersemi dalam keluarga, menurut psikolog dari Lembaga Psikolog Terapan Universitas Indonesia ini, perlu adanya komunikasi yang efektif.

"Kesediaan untuk menghabiskan waktu bersama dan waktu yang berkualitas, saling mengapresiasi satu sama lain, tidak ada kekerasan baik fisik, psikologis, sosial, seksual, maupun ekonomi. Selain itu, memiliki pandangan positif atas masalah yang menimpa keluarga," ujar Sri.

Jika salah satu pasangan meninggal dunia, entah suami atau istri, perlu mencari dukungan emosional dan bantuan untuk membereskan hal-hal, seperti dokumen (akta kematian), proses pemakaman, dan lain-lain. Lebih jauh Sri mengatakan, setiap orang punya cara berduka yang berbeda-beda. Ada yang mungkin perlu dengan menangis, marah, atau ada yang merasa datar emosinya.

"Jangan judge mereka karena memproses kehilangan pasangan itu sangat sulit, jangan menambahkan beban yang tidak perlu pada orang yang baru ditinggal oleh pasangannya," kata founder Cinta Setara ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Fokus pada Diri Sendiri dan Anak-Anak

Ilustrasi keluarga. (Dok. White77/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Sri menambahkan, bagi pasangan yang ditinggal pun, fokus saja pada diri sendiri dan anak-anak, memilih omongan orang sehingga tidak semuanya perlu masuk ke dalam hati.

"Ke depannya, bisa membuat surat sebagai media untuk mengekspresikan perasaan negatif yang tersisa sekaligus sebagai closure yang mungkin belum sempat dilakukan," ujar Sri.

Ditinggal meninggal pasangan tentunya hal yang sangat menyakitkan, baik yang sudah lama sakit, apalagi yang secara tiba-tiba. Tidak ada yang pernah siap dengan kondisi ini.

"Yang bisa dilakukan adalah memberikan waktu untuk berduka, mencari dukungan emosional dan lain-lain, dari keluarga besar yang ada, baru setelah itu secara bertahap berusaha menerima," kata Sri.

Seperti teori berduka Kubler-Ross, lanjut Sri, harus melewati beberapa tahap terlebih dahulu: denial/tidak percaya, anger/marah, bargaining, depression (nerbeda dengan yang gangguan klinis), baru Acceptance/Penerimaan.

"Tentunya, hidup perlu tetap dijalani, apalagi jika sudah memiliki anak, perlu kuat untuk mereka, fokus melanjutkan hidup terutama dalam hal finansial (jika selama ini pasangan adalah pencari nafkah utama). Cari pertolongan profesional jika sudah mulai mengganggu keberfungsian hidup sehari-hari (setelah enam bulan, dampak negatif belum hilang malah mengganggu)," papar Sri Juwita Kusumawardhani.

Terkait pasangan meninggal dunia, tentu ada banyak perubahan dalam kehidupan seseorang, termasuk dalam keuangan.  Bila sebelumnya telah memiliki perencanaan keuangan pribadi, tentu harus merevisi perencanaan tersebut dengan keadaan yang sekarang setelah pasangan meninggal dunia, seperti dilansir dari laman finansialku, Jumat, 21 Februari 2020.

Arus kas keuangan keluarga pasti akan berubah setelah kehilangan pendapatan dari pasangan yang meninggal dunia. Selain itu, pengeluaran pun akan berkurang karena berkurangnya jumlah anggota keluarga. Oleh karena itu, perlu memperhitungkan ulang berapa biaya yang dibutuhkan setiap bulan. 

Meskipun pasangan meninggal dunia, bukan berarti tujuan keuangan yang belum terpenuhi harus dilupakan. Selain memperhitungkan kebutuhan sehari-hari, dalam perencanaan keuangan yang baru, harus memperhitungkan dana yang diinvestasikan untuk masa depan keluarga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya