Liputan6.com, Jakarta - Dari sekian banyak, tak bisa dipungkiri bahwa keuangan adalah salah satu faktor yang mesti dipersiapkan matang oleh keluarga, terlebih bila sudah punya anak. Keberadaannya jadi upaya antisipasi hal-hal tak diinginkan, termasuk saat salah satu atau kedua orangtua meninggal dunia menginggalkan sang buah hati,
"Rencana keuangan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas keuangan keluarga. Umumnya bagi yang baru berkeluarga, kebutuhannya untuk memiliki rumah dan biaya melahirkan. Setelah anak lahir, ditambah biaya pendidikan," kata Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi Sari Insaniwati lewat pesan pada Liputan6.com, 20 Februari 2020.
Baca Juga
Advertisement
Sari menambahkan, saat sudah punya tanggungan, wajib hukumnya memiliki asuransi agar jika terjadi sesuatu dengan aset, seperti rumah atau harta lainnya, dan pencari nafkah, umumnya suami, risiko keuangan bisa dialihkan atau diminimalisir.
Perencanaan keuangan keluarga bagi mereka yang sudah memiliki anak berupa, pertama, dana darurat, yakni minimal enam kali biaya hidup per bulan. Kemudian, alokasi investasi minimal 10 persen dari pendapatan.
Ketiga, asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Yang terakhir, yaitu dana pendidikan "Bagi keluarga yang anaknya masih kecil, sebaiknya ahli waris dari asuransi bukan atas nama anak, tapi pasangan," tuturnya.
"Jika tidak ada (suami atau istri) bisa oleh wali maupun keluarga yang bisa dipercaya. Hal ini karena anak belum bisa jadi ahli waris sebelum usia dewasa, 21 tahun," sambung Sari. Sebagai catatan, dana pendidikan sebaiknya dibuat terpisah untuk masing-masing anak karena usia berbeda, kebutuhannya pun lain.
Sari menjelaskan, perencanaan keuangan keluarga sebaiknya dilakukan saat seseorang sudah berpenghasilan. "Kecuali, dana pendidikan. Itu bisa dimulai saat sudah punya anak," sambungnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Mulai Lakukan Perencanaan Keuangan Keluarga
Menurut Perancang Keuangan Michael Kitces melansir laman Mint, Minggu (23/2/2020), karena sudah keburu bingung dengan banyak hitungan dan pilihan, kasus tak merencanakan keuangan keluarga dikenal cukup umum di berbagai negara di dunia.
"Makanya banyak perencana keuangan yang membuat penjelasan terkait dengan cara mudah, yakni tidak semua masalah finansial harus dibereskan dalam satu kali tindakan. Ada langkah-langkah yang harus diambil berdasarkan tahap dan kondisi keuangan keluarga itu sendiri," paparnya.
Sari percaya, untuk mulai melakukan perencanaan keuangan keluarga, orang harus sadar akan manfaatnya. "Jadi, perlu belajar dan cari tahu lebih banyak, baik tentang bagaimana melakukan perencanaan keuangan maupun memilih produk investasi sesuai tujuan keuangan keluarga," katanya.
Jasa perencana keuangan, termasuk keuangan keluarga, umumnya dimanfaatkan mereka yang tak bisa menabung atau investasi secara konsisten, punya rencana keuangan banyak dengan penghasilan terbatas, utang menumpuk, dan ingin menyiapkan dana pensiun.
"Dengan membuat perencanaan keuangan, bisa memilah mana kebutuhan yang masuk dalam prioritas dan mengoptimalkan penghasilan keluarga untuk mencapai tujuan keuangan. Selain itu, membantu mengurangi gaya hidup boros karena klien fokus pada tujuan keuangannya," ucap Sari.
Advertisement
Buat Prioritas
Soal rencana keuangan keluarga, seorang ibu yang bekerja sebagai Data Analyst, Elfani Zulita, bercerita bahwa fokus finansial keluarganya sekarang berada pada cician rumah. "Makanya nabung ada, tapi belum bisa rutin tiap bulan berapa persen dari income, masih seadanya," tuturnya lewat pesan, 21 Februari 2020.
Ditambah, pindah rumah yang dilakukan beberapa bulan lalu membuat Elfani dan suami harus mengeluarkan biaya tambahan, salah satunya renovasi di beberapa titik kediaman mereka.
"Rencananya kalau keuangan sudah normal, mau rencanain dana pendidikan. Masuk dalam prioritas soalnya pengin sekolah yang bagus mahal banget," ucap perempuan berdarah Minang tersebut,
Ia menambahkan, semisal umurnya dan suami tak panjang, sudah ada satu peninggalan, yakni rumah. "Cari rumah yang ada asuransinya. Jadi, kalau amit-amit si kreditur tidak panjang umur, rumah itu dianggap lunas. Tidak membebani keluarga yang ditinggalkan," ujarnya.
Sementara, seorang karyawan swasta, Lanny Kusumastuti, mengatakan, perencanaan keuangan secara detail belum bisa dilakukan keluarganya. "Kami hanya baru jalanin perencanaan keuangan berdasarkan pos-pos yang sudah dibagi," katanya menjelaskan lewat pesan, 22 Februari 2020.
Ibu dari anak berusia lima bulan ini mengatakan, belum bisa konsisten soal perencanaan uan. Pasal, dana darurat yang sudah disiapin pun kadang tak menutup kalau kebetulan ada pengeluaran mendadak yang bertubi-tubi.
Kendati, ada satu yang sudah secara konstan masuk perencanaan keuangan prioritas, yakni dana pendidikan anak. "Yang pasti, saya dan suami ada nominal tabungan wajib yang harus kami sisihkan setiap bulan," tutupnya.