Liputan6.com, Yogyakarta - Bisnis kuliner di Yogyakarta terus berkembang. Namun banyak juga yang mencoba usaha di bisnis ini gagal. Manager Operasional Gudeg Yu Djum Citra Anindyto memberikan tips bisnis kuliner di Kota Gudeg.
"Tips bisnis kuliner pertama jujur. Harus jujur dengan yang dibuat," katanya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Citra mengatakan selain jujur, pengusaha kuliner harus memiliki produk sendiri. Menurutnya yang akan memulai dengan usaha kuliner harus percaya diri.
Baca Juga
Advertisement
"Kita menjual kualitas harus percaya diri dengan kualitas produk kita sendiri," katanya.
Citra mengatakan pelaku usaha kuliner tidak ikut tren kuliner masa kini. Sebab, jika ikut tren kuliner maka usahanya tidak akan berjalan lama.
"Jangan ikutan itu, sambil lalu saja. Kalau ikut tren itu hanya berlaku paling dua tahun saja," katanya.
Tips bisnis kuliner selanjutnya adalah melakukan semuanya dengan hati. Sebab jika tidak memakai hati maka usaha kuliner itu pasti akan hancur.
"Kalau pakai passion dan hati nanti hasilnya maksimal. Kalau pakai hati dia akan terjun sendiri. Saya ketemu dengan pengusaha sukses dia terjun langsung," katanya.
Citra mengatakan tips bisnis kuliner yang paling penting adalah menggunakan hati. Hal ini yang terlihat di usaha kuliner milik Gudeg Yu Djum.
"Hasilnya lebih baik, kebersihan contohnya itu pengaruh. Misalnya, kalau tempatnya kotor dia biarkan saja kalau pakai hati dia akan bersihkan itu tempat jualannya," katanya, membeberkan tips bisnis kuliner.
Inovasi Bisnis
Citra mengatakan Gudeg Yu Djum bisa bertahan puluhan tahun karena dapat menyesuaikan perkembangan zaman. Selain itu, inovasi yang dilakukan gudeg Yu Djum juga membuat bertahan hingga era kini.
"Tahun 2016 membuat gudeg kaleng. Gudegnya divakum dimasukkan di kaleng lalu dipanaskan, lalu disimpan di ruangan selama 14 hari. Lalu dicek. Kalo ada kerusakan tidak bisa dijual. Sortir, baru dilabeli Gudeg Bagong Yu Djum," katanya.
Citra mengatakan inovasi gudeg kaleng ini gudegnya bisa bertahan sampai satu tahun. Gudeg kaleng ini tanpa pengawet, namun dengan rasa yang sama.
"Sekarang sudah sampai kemana-mana, bisa sampai Jerman," katanya.
Saat ini Citra mengatakan, gudeg kaleng Yu Djum memiliki tujuh varian gudeg kaleng. Namun untuk pengembangan dan mencakup target market maka pihaknya menciptakan varian baru yang ditujukan ke generasi milenial.
"Kita baru buat inovasi dengan berbeda karena sekarang zamannya semua instagram tanpa menghindari. Kita ada gudeg Mercon karena milenial suka dengan pedas. Responsnya bagus," katanya.
Citra mengatakan selain itu ada inovasi dengan Gudeg Rice Box. Hasilnya inovasi ini cukup bagus di pasaran walaupun kebanyak masih untuk oleh-oleh dan rombongan.
"Rice box warna coklat, bentuknya kecil tapi isinya banyak. Baru satu bulan responnya banyak. Jadi nasi gudeg Suwir telur mercon dari daging sapi dengan tetelan,' katanya.
Inovasi terakhir di era ini adalah kerjasama dengan berbagai pihak. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan usahanya lebih baik dan maju.
"Inovasi bisa dengan.kerjasama dengan banyak pihak contoh dengan Paxel. Banyak customer dari Yu Djum Lover yang ada di luar kota," katanya.
Advertisement
Tantangan Gudeg Yu Djum
Gudeg Yu Djum memiliki pecinta sendiri terutama wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta. Citra mengatakan gudeg yang lahir setelah enam tahun kemerdekaan RI ini memiliki tantangan berat.
"Gudeg identik dengan makanan tradisional. Zaman sekarang makan gudeg tiap hari mungkin bosen. Itu tantangannya," katanya.
Selain bosan, tantangan lainnya adalah mempertahankan kualitas. Hal ini tidak mudah karena berkaitan dengan bahan baku yang sama setiap harinya.
"Dengan kualitas yang sama, ayam kampung. Sulit mencari pasokan ayam kampung dengan usia ayamnya yang standar. Sekarang punya kualitas dengan standar yang terjaga. Cost-nya lebih tinggi tapi feedback jangka panjang didapatkan," katanya.
Mempertahankan kualitas inilah yangmenjadi tantangan terberat. Selain Gudeg Yu Djum yang memiliki nama besar di Kota Yogyakarta namun harus ramah dengan perkembangan zaman.
"Gudeg diolah dengan makanan tradisional. Dimasak di tungku semen yang tahan panas, dimasak. Persatu, sendiri sendiri. Ayam telur krecek masak sendiri. ini yang membuat harga dan tastynya beda dengan yang lain dan semua pakai kayu bakar. Sekarang kayu bakar lebih mahal dengan gas," katanya.
Simak video pilihan berikut ini: