Panas Dingin Hubungan Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim dalam Perpolitikan Malaysia

Tak ada lawan atau kawan abadi dalam politik. Ungkapan itu menggambarkan hubungan Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 24 Feb 2020, 16:50 WIB
Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim saat masih menjabat sebagai PM Malaysia dan Deputi PM pada 1997 (AFP)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Mahathir Mohamad mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia. Sedianya, posisi PM Malaysia akan dijabat Anwar Ibrahim sesuai dengan kesepakatan koalisi Pakatan Harapan.

Namun, kesepakatan itu terancam batal. Anwar Ibrahim belum tentu menduduki kursi PM Malaysia.

Jauh sebelum kisruh politik terkait suksesi PM Malaysia, hubungan Mahathir dan Anwar mengalami panas dingin. Tak ada lawan atau kawan abadi dalam politik, ungkapan itu menggambarkan hubungan Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim.

Saat Mahathir menjabat PM Malaysia pada 1981 sampai 2003, Anwar Ibrahim merupakan salah satu wakilnya. 

Mereka berdua sempat terlibat dalam perseteruan politik. Pertikaian itu berujung lengsernya Anwar Ibrahim dari jabatan Wakil PM Malaysia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


18 Tahun Tak Bertatap Muka

Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad sebelum berseteru (Frontline)

Selama beberapa tahun perseteruan dua orang tokoh politik terus berlangsung. Namun, mereka mulai menunjukkan keharmonisan usai sepakat untuk menentang PM saat ini, Najib Razak.

Setelah 18 tahun tak pernah bertatap muka, keduanya bertemu kembali pada 2016 di Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur. Kala itu, Anwar Ibramin menghadiri sidang permohonan untuk revisi UU baru tentang Dewan Keamanan Nasional Malaysia (NSC).

Di tempat itu, Mahathir terlihat berjabat tangan dengan Anwar. Kejadian "bersejarah" itu diabadikan oleh istri Anwar, Wan Azizah Ismail, dan diunggah ke media sosial miliknya.

Di dalamnya ia menulis, "Pertemuan pertama selepas 18 tahun dua hari ... sejak 3 September 1998."


Hubungan Membaik

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kanan) berjabat tangan dengan Anwar Ibrahim di Putrajaya, Malaysia, Sabtu (22/2/2020). Sebelumnya, Mahathir telah berjanji akan menyerahkan jabatannya kepada Anwar Ibrahim. (AP Photo/Vincent Thian)

Hubungan kedua tokoh negeri jiran itu, membaik jelang pemilu Malaysia pada 2018. Kala itu, Mahathir bahkan meminta agar Anwar Ibrahim --yang dipenjara selama lima tahun atas dakwaan sodomi-- segera dibebaskan.

Mahathir bahkan tak hanya meminta Anwar dibebaskan. Ia mengaku tidak keberatan memberikan dukungan jika eks wakilnya itu mau maju dalam pemilihan Perdana Menteri Malaysia.

"Kasus yang menimpa Anwar, ia telah diperlakukan tidak adil. Keputusan pengadilan sepenuhnya dipengaruhi pemerintah. Saya pikir, pemerintah harusnya mendorong agar Raja memberikan pengampunan penuh pada Anwar," ucap Mahathir seperti dikutip dari The Star, 7 Juli 2017.

"Ia pun seharusnya bisa berpartisipasi lagi dalam politik dan menjadi perdana menteri. Saya tidak keberatan dengan itu," sambung dia.

Pada Juni 2017, Mahathir Mohamad disebut-sebut akan memimpin koalisi oposisi Pakatan Harapan.

Sejumlah media di melaporkan, salah satu anggota koalisi Pakatan Harapan, Partai Pribumi Bersatu Malaysia, telah menjalin kesepakatan dengan Mahathir.

Lebih lanjut lagi, sejumlah artikel bahkan menyebut, Mahathir diberikan jabatan sebagai pimpinan tertinggi koalisi. Sementara, Presiden PKR kala itu, Wan Azizah Wan Ismail, yang juga istri Anwar Ibrahim, diangkat jadi presiden koalisi.

Pakatan Harapan merupakan koalisi yang terdiri empat partai, yaitu, PKR, Partai Pribumi, DAP, dan Partai Amanah. Sementara itu, PKR diketahui merupakan partai yang dibentuk Anwar Ibrahim.


Anwar Ibrahim Merasa Dikhianati

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kanan) duduk di sebelah ikon reformasi Malaysia Anwar Ibrahim saat rapat umum di Port Dickson, Malaysia, 8 Oktober 2018. Wakil PM Datuk Seri Dr Wan Azizah Wan Ismail dikabarkan akan jadi PM Malaysia menggantikan Mahathir Mohamad. (AP Photo/Vincent Thian)

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mendadak memutuskan mundur dari jabatannya. Surat pengunduran diri telah ia serahkan ke Raja Malaysia.

Dilaporkan The Straits Times, Senin (24/2/2020), surat itu diserahkan ke Raja Malaysia pada pukul 13.00 waktu setempat. Tak ada penjelasan resmi terkait alasan di balik keputusan ini, apalagi selama ini rezim Mahathir tidak mengalami kontroversi.

Akan tetapi, ada spekulasi bahwa keputusan Mahathir Mohamad hanya sekadar manuver politik untuk mengkhianati Anwar Ibrahim. Pasalnya, Mahathir pernah berjanji untuk menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Anwar sebelum 2023.

Di lain pihak, Anwar Ibrahim sudah merasa dikhianati oleh koalisi Pakatan Harapan. Kemarin, ia sudah menduga bahwa Pakatan Harapan akan bubar untuk membentuk koalisi baru.

PKR yang dipimpin Anwar Ibrahim diduga ikut dalam manuver politik ini. Itulah mengapa Anwar merasa dikhianati.

"Hal ini melibatkan mantan teman-teman kita dari Bersatu (partai Mahathir Mohamad) dan sekelompok kecil dari PKR yang telah mengkhianati kami," ujar Anwar seperti dikutip Channel News Asia.

Anwar dijadwalkan bertemu Raja Malaysia untuk audiensi pada pukul 14.30 waktu Malaysia.

Pakatan Harapan terdiri atas Partai Pribumi Bersatu Malaysia, Partai Islam se-Malaysia, Partai Aksi Demokratis, serta Partai Amanah Nasional.

Pihak PKR sendiri sudah menantikan agar sosok pengkhianat di partai itu segera terkuak. Sementara, Mahathir Mohamad masih bungkam terkait keputusannya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya