Indonesia Kembangkan Alga Jadi Bahan Bakar Alternatif

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia akan mengubah algae (alga) menjadi minyak untuk bahan bakar.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2020, 17:30 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) menyampaikan paparan dalam seminar nasional di Auditorium Adhiyana, Jakarta, Senin (3/2/2020). Seminar tersebut mengangkat tema 'Membangun Optimisme dan Peluang di Tengah Ketidakpastian'. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia akan mengubah algae (alga) menjadi minyak untuk bahan bakar. Inovasi algae menjadi minyak tersebut merupakan hasil promosi Chevron yang diyakini mampu menekan defisit migas.

“Lalu, ke depannya juga bisa diciptakan minyak berbasis algae. Chevron sudah mempromosikan," ujar Airlangga di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Senin (24/2/2020).

Dengan adanya rencana tersebut, dia meminta BPPT melakukan uji coba secara mendalam. Mengingat Indonesia memiliki sumber daya algae yang cukup besar sehingga sangat memungkinkan apabila diterapkan.

"Ini jadi tantangan BPPT untuk menerapkan. Sebagai negara penghasil algae yang cukup besar, jangan sampai kita ketinggalan oleh negara lain untuk memanfaatkan ini," ujar Airlangga.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Substitusi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian untuk mengurangi defisit neraca perdagangan, pengembangan industri substitusi impor difokuskan kepada farmasi (obat dan bahan baku obat). Saat ini 90 persen bahan baku obat masih mengandalkan impor.

“Jadi, perlu didorong pengembangan penelitian dan pengembangan (litbang) industri farmasi guna meningkatkan kemampuan industri farmasi ke arah litbang yang memprioritaskan bahan baku dalam negeri,” ujarnya.

Dia berharap BPPT secara konsisten menghasilkan inovasi teknologi produksi bahan baku obat yang untuk 5 (lima) tahun ke depan diprioritaskan pada produksi antibiotik amoksisilin, parasetamol, insulin, adjuvant vaksin dan herbal, sebagaimana telah ditetapkan dalam Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

"Kami meyakini bahwa transformasi ekonomi akan berjalan lebih cepat dan kuat jika dibarengi oleh transformasi digital," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya