Beda Bleaching dan Veneer, Mana Lebih Aman untuk Putihkan Gigi?

Jangan terjebak dengan persepsi gigi sehat adalah gigi yang putih.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 24 Feb 2020, 19:02 WIB
ilustrasi gigi putih (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Gigi putih bikin kepercayaan diri meningkat. Anda bisa tersenyum lebar tanpa merasa canggung karenanya. Tak heran bila banyak yang berlomba-lomba memutihkan gigi. Dua jenis perawatan paling populer untuk hasilkan gigi putih adalah bleaching dan veneer. Apa beda kedua perawatan itu?

Pendiri klinik gigi OMDC, drg. Oktri Manessa menerangkan, baik bleaching maupun veneer termasuk dalam golongan perawatan untuk estetika gigi, bukan perawatan dasar. Keduanya juga memiliki plus dan minus. Pilihannya nanti dikembalikan kepada keputusan orang yang akan menjalaninya.

"Pemutihan gigi itu estetik. Boleh melakukan estetik jika standarnya dilakukan terlebih dahulu," kata Oktri dalam acara Dental Talk by Cobra Dental di Jakarta, Kamis, 20 Februari 2020.

Bleaching, sambung dia, pada dasarnya lebih alami dibandingkan veneer karena hanya menggunakan bahan pemutih tanpa mengubah anatomi gigi. Bahannya biasanya menggunakan hidrogen peroksida atau karbamid peroksida. 

Karena relatif aman, bleaching bisa dipraktikkan sendiri di rumah. Namun, Oktri tidak menyarankan lantaran gigi harus dipastikan sehat sebelum memutihkan gigi. Kondisi tersebut hanya bisa dipastikan melalui pemeriksaan dokter.

"Bleaching itu bisa dilakukan di gigi yang sehat. Kalau gigi berlubang atau indikasi harus dicabut atau ada karang giginya, harus dibereskan dulu masalahnya sampai gigi benar-benar sehat," terang Oktri.

Penggunaan bahan bleaching, apalagi yang dibeli secara online, juga tidak terjamin keamanannya. Selain itu, kebanyakan orang awam tidak mengerti cara memutihkan gigi yang benar. Maka itu, ia kembali mengingatkan untuk tidak sembarangan menggunakan bahan pemutih gigi yang dijual bebas.

"Bahan bleaching kalau kena gusi atau lidah, jadinya ngilu. Maka kalau di dokter, gusinya diisolasi dulu supaya bahan bleaaching enggak kena ke jaringan lunak," sambung dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Bagaimana dengan Veneer?

drg. Oktri Manessa, pendiri klinik OMDC ditemui di Jakarta, Kamis (20/02/2020). (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sementara itu, veneer dinilai lebih permanen secara hasil. Warna gigi pun lebih putih dari sebelumnya. Namun karena menggunakan bahan tambahan, efeknya bisa mengubah anatomi gigi. Bila kurang tepat, struktur gigi bisa berubah.

"Veneer itu kan ada sesuatu lapisan atau bahan ditempel ke gigi. Bentuk gigi jadi berubah. Kalau gigi taring berubah jadi tumpul, tentu efeknya enggak nyaman kalau dipakai makan," kata Oktri lagi.

Harga perawatan veneer pun jauh lebih mahal. Satu gigi yang di-veneer menggunakan bahan porselen bisa memakan biaya Rp6 juta. 

"Tapi kan enggak mungkin veneer cuma satu gigi. Setidaknya enam atau delapan gigi. Kalau ditotal bisa mencapai Rp48 juta," ujarnya.

Sementara, hasil bleaching bersifat kurang permanen. Paling lama bertahan hanya setahun, tergantung gaya hidup masing-masing orang. Maka itu, ongkosnya relatif lebih rendah.

"Range-nya antara Rp2 juta sampai Rp4--5 juta," kata dia.

Ia juga mengingatkan agar orang awam tidak terjebak dengan pemikiran bahwa gigi sehat adalah gigi yang putih. "Gigi yang sehat itu tidak selalu gigi putih ya," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya