Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan susur sungai yang dilakukan 249 siswa SMPN 1 Turi Sleman di Sungai Sempor, Kecamatan Turi, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat, 21 Februari 2020 lalu berujung maut.
Jumlah itu terdiri dari 124 siswa kelas VII dan 125 siswa kelas VIII. Sebanyak 216 siswa dikonfirmasi selamat, 23 siswa terluka, dan 10 lainnya meninggal dunia. 10 jenazah siswa yang mengikuti kegiatan susur sungai sudah semuanya ditemukan.
Advertisement
Usai kejadian, terungkap sosok yang menjadi salah satu penyelamat puluhan siswa saat tragedi banjir bandang di Sungai Sempor.
Ia adalah pemancing ikan bernama Sudarwanto alias Kodir (37). Sebelum tragedi banjir bandang itu, Kodir berencana memancing di sungai tersebut. Saat ratusan siswa terseret arus banjir yang tiba-tiba datang, dirinya mendengar suara minta tolong.
"Saya langsung lari ke bawah, ternyata ada sekumpulan anak-anak dengan seragam Pramuka yang minta tolong. Ada juga yang menangis, saya langsung terjun ke sungai," kata Kodir.
Selain itu, kejadian di Sungai Sempor ini menarik perhatian Menteri Sosial Juliari Batubara. Dari kunjungan kerjanya ke Magelang, Mensos Juliari sengaja menambah titik kunjungan ke Sleman, Yogyakarta menemui keluarga korban.
Berikut 4 hal yang terjadi usai tragedi susur sungai di Sungai Sempor yang dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mensos Salurkan Bantuan
Kementerian Sosial merespon cepat kejadian siswa SMPN 1 Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang hanyut di sungai.
Setelah tim lapangan melalui Tagana lebih dulu mendukung penyelamatan dan pencarian korban, Sabtu, 22 Februari 2020 siang, Menteri Sosial Sosial Juliari P. Batubara menuju lokasi kejadian.
Dari kunjungan kerjanya ke Magelang, Mensos Juliari sengaja menambah titik kunjungan ke Sleman, Yogyakarta.
Didampingi Bupati Sleman Sri Purnomo, Mensos langsung menuju deretan keluarga korban yang masih menunggu kepastian terkait keberadaan keluarganya, siswi SMPN 1 Turi, Sleman, di Puskesmas Turi, Sleman, Yogyakarta.
Sebelum menuju kamar tempat dirawatnya dua siswi korban peristiwa tersebut, Mensos Juliari, lebih dulu menyalami deretan keluarga korban yang duduk di kursi tunggu. Kepada keluarga korban, Mensos Juliari berharap agar keluarga tetap tabah, sabar dan senantiasa berdoa.
"Tetap tabah Bu ya, sabar. Kita doakan sama-sama. Mari kita berdoa agar diberikan yang terbaik," kata Mensos kepada keluarga korban yang masih menangis.
Mensos lantas menuju ke ruang inap di mana tempat dua siswi yang selamat dirawat.
"Saya mewakili pemerintah datang untuk melihat langsung bagaimana penanganan bencana tersebut. Dan juga kami berdoa untuk anak-anak yang masih dirawat agar kiranya segera pulih kembali, agar normal kembali dan dapat beraktivitas seperti sedia kala," kata Mensos Juliari.
Advertisement
Terungkap Salah Satu Sosok Penyelamat Siswa
Seorang pemancing bernama Sudarwanto atau Kodir baru-baru ini viral setelah aksinya berhasil menyelamatkan beberapa siswa SMPN 1 Turi Sleman yang terejerat di arus Sungai Sempor.
Sebelum tragedi banjir bandang itu terjadi, Kodir berencana memancing di sungai tersebut.
"Sudah menjadi kebiasaan, apa lagi sehabis turun hujan deras di sini Turi atau di atas sana Merapi ikan-ikan akan banyak," ujar Kodir, seperti dikutip Solopos, Senin, 24 Februari 2020.
Saat ratusan siswa terseret arus banjir yang tiba-tiba datang, dirinya mendengar suara minta tolong.
"Saya langsung lari ke bawah, ternyata ada sekumpulan anak-anak dengan seragam Pramuka yang minta tolong. Ada juga yang menangis, saya langsung terjun ke sungai," katanya.
Dirinya kemudian mengambil tangga agar para siswa agar bisa naik ke sisi sungai.
"Tangga juga saya pakai untuk menyeberangi Kali Sempor. Saat itu siswa yang hanyut kebanyakan wanita," katanya.
Kedalaman Kali Sempor yang biasanya hanya setengah meter menjadi sekitar dua meter kala itu. Ia mengaku mendengar banyak suara tangisan dari peserta susur sungai.
"Anak-anak banyak yang nangis. Saya sih maunya nolong semuanya, tapi apa boleh buat, saya hanya berusaha semaksimal mungkin, saya saja hampir tenggelam," ungkap Kodir.
Kodir tak menghitung berapa jumlah siswa yang ia selamatkan dari derasnya Sungai Sempor. Ia hanya mengingat suara tangisan dan wajah ketakutan. "Saya sedih kalau mengingat kejadian itu," tutup Kodir.
Berikan Terapi Trauma pada Keluarga Korban
Aksi Cepat Tanggap (ACT) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berencana mengirimkan tim trauma healing kepada 10 keluarga korban meninggal dunia karena tragedi susur sungai dalam waktu dekat ini.
"Untuk trauma healing Insya Allah ada, ini masih dikoordinasikan bersama tim kebencanaan ACT," tutur Humas ACT DIY Nasrudin, Minggu, 23 Februari 2020, dikutip dari Suaramerdeka.com.
Dia tak memungkiri, tragedi tersebut bisa menimbulkan trauma baik bagi ratusan siswa yang selamat maupun bagi para keluarga korban susur Sungai Sempor yang meninggal dunia.
"Di ACT kami memiliki tim khusus untuk menangani trauma trauma pasca kejadian seperti ini," imbuh Nasrudin.
Usai ditemukannya dua korban terakhir pada Sabtu pagi, pihaknya bakal segera datang menemui para keluarga 10 siswa yang tewas. Hal ini dilakukan untuk memberikan santunan sebagai bentuk kepedulian yang mendalam. Besarnya santunan yakni Rp 20 juta untuk 10 keluarga korban yang meninggal dunia.
"Ini masih dilakukan pendataan kepada seluruh keluarga korban (susur sungai), sesegera mungkin dari ACT akan memberikan santunan, harapan kami dengan bantuan ini dapat turut meringankan duka keluarga yang sedang berbelasungkawa," sambung Kharis Pradana, Ketua Program ACT DIY.
Advertisement
Siswa Alami Gejala Psikologis Intens
Doa bersama mewarnai hari pertama masuk sekolah di SMPN 1 Turi, Sleman, usai tragedi Sungai Sempor. Selain doa bersama, kelas 7 dan 8 juga akan diberi pendampingan tim psikolog hingga tujuh hari ke depan.
"Kelas 9 ada kegiatan belajar karena mendekati ujian. Kalau kelas 7-8 kami nderek (ikut) keputusan Dinas dan tim psikologi. Tadi doa bersama kelas 7-8," kata Kepala Sekolah SMPN 1 Turi Sleman, Tutik Nurdiyana, Senin, 24 Februari 2020.
Ketua Ikatan Psikologis Klinis DIY, Siti Urbayatun mengatakan, dalam pendampingan siswa SMPN 1 Turi Sleman ada enam siswi yang mengalami gejala psikologis intens. Keenam siswi tersebut saat ini sedang mendapat penanganan intensif tim psikologi.
Siti mengatakan, selama beberapa hari ke depan akan ada pendampingan psikologi, tidak hanya siswa, tapi juga para keluarga. Pihaknya juga sudah mengunjungi rumah para korban tragedi Sungai Sempor tersebut.
"Ada psikolog lalu relawan psikolog dari perguruan tinggi. Kita selalu koordinasi dengan pihak terkait," katanya.
Nantinya relawan dan psikolog akan terus memantau perkembangan siswa yang ikut dalam kegiatan susur Sungai Sempor Jumat lalu. Selain itu keluarga korban juga menjadi bagian dari monitor tim psikologi ini.
"Ini mempengaruhi psikologi siswa, apa ada gejala akibat dari kejadian. Gejala itu tanda-tandanya orang yang mengalami gejala psikis. Seperti teriak histeris dan lain-lain," katanya.
Sementara itu Ketua Pelaksana Posko Psikologi Kejadian Siswa SMPN 1 Turi, Oneng Nawaningrum, mengatakan ada dua posko psikologi yang dibentuk, yaitu di SMPN1 Turi dan di Puskesmas Turi.
"Dari enam siswa yang di posko di SMPN 1 Turi, empat masih di posko, dan yang dua sudah di rumah. Masa pemulihan," katanya.
(Yosafat Diva Bayu Wisesa)